Jakarta - Kondisi yang tidak kondusif tentu memaksa pihak penjual mobil bekas juga harus ikut menyesuaikan harga penawaran dari mereka ke konsumen. Singkat kata mereka tidak bisa membuka harga secara ‘normal’.
Ambil contoh Toyota Avanza tahun 2010, biasanya bisa dijual Rp 120 jutaan, sekarang hanya berkisar Rp 100 jutaan saja. Itu belum termasuk diskon antara 5-10 persen. Tidak besar memang. “Penurunan harga mobkas juga lebih besar jika dibandingkan saat kondisi normal,” kata Rany.
Penurunan harga dan berimbas pada pemberian diskon tambahan akibat terjadinya penurunan daya beli konsumen. Kondisi makro ekonomi yang belum pulih ditambah melambungnya harga kebutuhan pokok membuat banyak calon konsumen memperketat anggaran pembelian kendaraannya.
Edwin menyebutkan kisaran anggaran yang kerap diutarakan oleh calon pembeli. “Angkanya mulai dari Rp 100 jutaan sampai 200 jutaan.”
Rany menjelaskan, jika ada calon konsumen yang berdiam di daerah tengah kota Jakarta maka anggaran dari mereka cukup besar sehingga mereka mencari mobil bekas yang tahun muda ataupun yang kelasnya menengah ke atas.
Jika datang calon konsumen yang tempat tinggalnya di daerah pinggiran kota mereka mengincar mobil bekas jenis low MPV. Atau sekalian mencari yang lansiran tahun 1990-an.
Namun begitu, mereka yang berminat untuk membeli mobil bekas rakitan tahun 2014 juga sudah muncul. Memang belum banyak, ditambah stoknya sendiri masih terbatas. Depresiasi harga yang terjadi biasanya sekitar 5-10 persen saja dan tergantung dari kondisi mobil.
Mobil jenis low MPV seperti Suzuki Ertiga ataupun Toyota Avanza, lalu jenis hatchback yang tak jauh dari nama Honda Jazz termasuk pula yang sempat ditanyakan oleh calon konsumen. Tidak ketinggalan sudah ada yang menanyakan mobi-mobil jenis LCGC. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR