Jakarta - Seperti mobil baru, pasar mobil bekas juga mengalami kontraksi ketika kondisi ekonomi makro mengalami pelemahan. Konsumen banyak menahan diri untuk melakukan pembelian mobil. Apalagi pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu yang lalu. Ditambah dampak dari jor-joran diskon untuk mobil baru yang mencapai angka puluhan juta.
“Lesunya penjualan mobkas mulai terasa sejak pertengahan tahun, penurunan penjualannya bisa sampai 50 persen,” jelas Rany Kamal dari Yaya Motor, gerai mobkas yang berlokasi di bilangan Fatmawati Jakarta Selatan. Sebagai gambaran jika biasanya mobkas bisa terjual 4-10 unit, kini hanya 1-4 unit saja per bulan. “Dengan harga yang tidak terpaut jauh, orang akan lebih pilih mobil baru karena tidak memerlukan biaya perawatan lagi seperti membeli mobkas,” tutur Andry Kurniawan, owner showroom mobkas A2 Motor yang berlokasi di Jl. Radin Inten, Jakarta Timur.
Mobil bekas dengan tahun produksi 2005 ke atas yang paling banyak kena imbas. Untuk mobil bekas tahun lama seperti tahun 1990-an dan 2000-an awal harganya cenderung lebih stabil dan penurunannya tidak terlalu banyak. Lebih rinci Edwin Aumos dari Tems's Otomart ITC Permata Hijau, Jakarta Barat menyebut nama seperti Kia Picanto tahun 2005-2008 dan Honda City 2003-2005 sebagai incaran konsumen. Untuk yang kelas MPV ada Daihatsu Gran Max maupun Luxio versi 2007-2011, lalu diminati juga Proton Exora 2009-2012 dan Toyota Innova diesel bertransmisi otomatis untuk semua tahun produksi.
Ada juga yang masih acap menanyakan mobil kelas SUV seperti Toyota Fortuner diesel dan Mitsubishi Pajero Sport. Kedua SUV ini diminati untuk semua tahun produksinya. Sementara di kelas sedan dinyatakan oleh Edwin kondisinya sangat lesu animonya. Digempur diskon mobil baru membuat pasar mobil bekas menurun drastis. Hargapun terkoreksi jauh. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR