Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Pengisian BBG Ternyata Bisa Menjangkau Jalan Sempit

Minggu, 19 Oktober 2014 | 11:03 WIB
No caption
No credit
No caption

Salah satu kendala konversi bahan bakar minyak menjadi bahan baku gas adalah soal minimnya infrastruktur Stasiun Bahan Bakar Gas (SPBG).

OTOMOTIF sengaja melakukan penelusuran untuk mengetahui detail duduk perkaranya. Yakni dengan menyambangi Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI), yang merupakan asosiasi penyalur gas CNG (Compressed Natural Gas).

Ternyata, persoalan SPBG bisa diakali dengan penyedian MRU (Mobile Refueling Unit) serta GTM (Gas Transport Module).

Perangkat MRU ataupun GTM ini merupakan solusi jika regulator serta stakeholder mangaku sulit untuk membangun SPBG. Kedua perangkat tersebut dapat bergerak untuk menyediakan pasokan BBG bagi masyarakat.

“Konsepnya adalah dengan menyediakan SPBG secara mobile, dengan mengantarkan langsung CNG ke konsumen,” terang Januar Pamuaji, CNG Conversion Supervisor PT Raja Rafa Samudra.


Pengisian BBG Ternyata Bisa Menjangkau Jalan Sempit
Istimewa
Pengisian BBG Ternyata Bisa Menjangkau Jalan Sempit

Hose atau selang untuk transfer gas CNG menggunakan spesifikasi khusus, begitupun dengan noselnya disesuaikan dengan lubang receive pada tabung gas di kendaraan

Sejumlah unit MRU telah disediakan oleh PT PGN (Perusahaan Gas Negara), kemudian untuk MRU disediakan salah satunya oleh PT RRS. MRU telah standby di pelataran parkir IRTI Monas dan di Waduk Pluit. Sedangkan untuk GTM disediakan mobile oleh PT RRS.

“Kami memiliki 20 unit GTM dengan berbagai kapasitas. Mulai dari 750 meter kubik hingga 4.500 meter kubik. Seluruhnya standby dan dapat mengakses lingkungan dengan kondisi jalan sempit sekalipun,” papar pria yang akrab disapa Pampam ini.

Khusus untuk GTM milik PT RRS memang dibuat dengan merekayasa kendaraan komersial agar dapat mengakomodir kebutuhan di berbagai lokasi.

“Untuk GTM dengan ukuran 5 hingga 10 feet basic-nya adalah truk engkel. Lalu untuk ukuran 20 sampai 40 feet merupakan truk trailer yang dimodif. Soal keamanan terjamin dan telah disertifikasi oleh Dirjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan,” lanjut Pampam yang berkantor di Casa Verde Building, Lt. 3, Jl. Mampang Prapatan Raya, No. 17K, Jaksel.

Namun GTM memiliki kekurangan dibanding MRU, yakni pada kecepatan pengisian serta rasionya.

“Iya kalau pakai MRU lebih cepat karena dilengkapi kompresor yang membantu proses transfer gas. Kemudian soal rasio, untuk GTM tidak mampu me-refuel jika volume seimbang dengan kendaraan yang akan di-refuel. Sesuai prinsip gas yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah, jadi kalo seimbang maka volume gas dari GTM tak dapat disalurkan. Kecuali dibantu menggunakan kompresor,” rincinya lagi.

Contohnya untuk me-refuel 1 unit Toyota Avanza, GTM memerlukan waktu 2 menit dengan kapasitas 40 hingga 75 LSP (Liter Setara Premium).

“Kapasitasnya tergantung ukuran tabung gas yang digunakan. Jika pakai MRU tentunya lebih cepat, sama halnya mengisi di SPBG,” kata Pampam seraya bilang untuk 1 LSP harganya Rp 3.100. Nah, untuk lebih komplitnya mengenai bahan bakar gas, baca OTOMOTIF edisi minggu depan.


Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa