Italia – Pembalap Ferrari, Kimi Raikkonen berada dalam tekanan setelah kehilangan dukungan dari sejumlah media di Italia yang berpengaruh di balap F1.
Kabarnya saat di GP Austria kemarin ia berselisih dengan reporter yang memberitakan gajinya minta dipotong pada 2016. “Kalian semua omong kosong,” kata juara dunia 2007.
Kimi juga mendapat tekanan dari tim, setelah apa yang terjadi padanya di dua balapan terakhir. Pada GP Kanada mobilnya berputar sehingga kehilangan posisi ketiganya. Kemudian di Kanada terlibat kecelakaan dengan Fernando Alonso di lap pertama.
Giorgio Terruzzi menulis untuk Sport Mediaset mengenai kecelakaan besar yang dialami Kimi, “Dia kesulitan start dari barisan ketujuh. Presiden Marchionne baru saja menyatakan bahwa masa depan Kimi ada di tangannya sendiri.”
“Kimi menghancurkan kesempatannya dari perpanjangan kontrak dengan menghantam pagar pembatas sirkuit,” tulis harian nasional La Repubblica.
Sementara itu pemred Autosprint, Alberto Sabbatini berspekulasi, Raikkonen mungkin lupa mematikan RS (race start) engine mode di Austria.
“Tiga tahun lalu Kimi mengatakan pada engineernya di tim Lotus, ‘Tinggalkan saya sendiri, saya tahu apa yang saya lakukan’. Tetapi mungkin sudah waktunya ia teringat apa yang harus dilakukan,” kata Sabbatini.
Bos tim Ferrari, Maurizio Arrivabene mengisyaratkan bahwa Ferrari mungkin sudah menetapkan ‘tenggat waktu’ untuk memutuskan masa depan Kimi.
“Kimi tahu persis apa yang saya inginkan darinya,” ujar Arrivabene kepada suratkabar Turin Sanomat. “Dia harus mendapatkan point dan penghargaan,” lanjutnya.
“Pada musim gugur kita akan lebih tahu. Kami akan memutuskan masa depan Kimi setelah balapan di Monza,” tambah pria asal Italia itu.
Kimi memang pernah dicecar media mengenai masa depannya. Ia bilang kalau tahun depan sudah tidak bersama Ferrari, ia tidak akan berlomba untuk tim manapun.
Saat ini Kimi berada di peringkat keempat klasemen sementara, tertinggal 48 point dari rekan setimnya, Sebastian Vettel di urutan ketiga. (otosport.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR