Agus Supriyono, tunner HPMPZ, meracik Blade bermain aman. Beberapa komponen diubah dengan hati-hati. Kompresi dan lubang venturi karburator enggak bisa melebihi ukuran yang sudah ditentukan.
Perbandingan kompresi juga sudah dipatok. Kompresi didongkrak sampai 12,8 : 1. “Agak susah meracik kompresi lebih dari 12,8:1. Risikonya besar. Mesin jadi enggak tahan,” ungkap Agus yang punya bengkel CPX Racing dari Jl. Raya Wonosari, Jogja.
Kompresi Blade standar 9 : 1. Artinya, perbandingan kompresi Blade di tangan Agus naik 3,8 dari yang standar. “Ini pun penyesuaian karena regulasi bahan bakarnya mesti pakai Pertamax Plus. Jadi 13 : 1 dengan Pertamax akan ngelitik. Kalau kelamaan, mesin bakal jadi panas.” jelas Agus yang berbadan kekar.
Bebek pesaing Blade sendiri untuk MP6 dengan Pertamax bisa mencapai 13 : 1. Artinya, kompresi yang lebih tinggi dari 12,8:1 bisa menghasilkan tenaga yang besar.
Sepertinya, perbandingan kompresi yang kelewat tinggi enggak menyulitkan buat pembalap. Terutama, seri II dan Region 2 MotoPrix ini kali di sirkuit basah, bahkan ada genangan air. Tenaga yang rata dan lembut mudah dikendalikan rider.
Diameter venturi juga sudah didesain ulang. Agus sepertinya enggak mau melebihi dari regulasi. Diameter standar lubang masuk bahan bakar 17 mm. Agus mengubahnya jadi 20 mm.
Meski ada batasan yang bikin tunner MP6 untuk Blade kudu teliti, tapi ada keuntungannya. Durasi klep in-ex Blade bisa diatur ulang tanpa harus perlu takut katup in-out bertabrakan.
“Enggak perlu ubah sitting klep. Berbeda dengan merek lain yang mesti geser dudukan botol klep. Itu kan jadi tambah biaya,” ujar Agus yang berambut cepak.
Durasi valve in-out Blade MP6 dirancang Agus jadi membuka 35 derajat sebelum TMA dan menutup 62 derajat setelah TMB untuk klep isap. Sedangkan klep out dibikin membuka 60 derajat sebelum TMB dan 37 derajat setelah TMA.
“Kompresi yang dibikin aman, angkatan klep bisa tinggi jadi 9,5 mm,” ujar Agus yang berkulit sawo matang.
|
Perang sokbreker belakang silakan saja terjadi. Beberapa produk impor sekelas Ohlins, YSS dan KTC. Termasuk juga Showa yang aslinya merek Jepang, tapi diproduksi di Indonesia. Berbeda dengan Triple-S yang dibikin di Jogja.
“Perbedaannya sih sedikit dengan merek yang sudah terkenal. Perakitnya bisa langsung seting sesuai kebutuhan,” yakin Agus Supriyono.
Sokbreker Triple-S dibuat Goy, salah satu pemain sokbreker custom yang kondang juga di offroader roda empat. Sekarang punya merek sendiri. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Corsa 90/80-17
Ban belakang : Corsa 90/80-17
Pelek depan : TDR U-shape 1,40 x 17
Pelek belakang : TDR U-shape 1,40 x 17
Agus Supriyono : 0818-0413-0768
Editor | : | billy |
KOMENTAR