Kompon dan profil jadi pertimbangan
Maka itu, baik tunner atau pembalap ogah pilih ban asal-asalan. Selain pengaruh ke akselerasi, salah pilih ban juga bikin handling motor jadi liar. “Terutama ketika start, kalau gak tahu karakter, bisa liar di belakang tuh,” ungkap Otoy salah satu dragbiker dari B-Nana Racing.
Sekarang ini, diajang kebut lurus resmi cukup santer tiga merek ban yang dipakai. Kebanyakan, semua ban berasal dari Thailand. Mungkin seiring berkembangnya pasokan part matik dari Negeri Gajah Putih itu juga ya.
Tiga merek itu antara lain; Vee Rubber tipe Satan, IRC tipe Eat My Dust dan terakhir HUT. “Sebenarnya, kalau pilihan, tergantung dari joki-nya sendiri mau pakai yang mana,” timpal Kurniawan dari Ban Speed Galerry di Jl. Jelambar Aladin, No. 3, Tubagus Angke, Jakarta Barat.
Tapi setidaknya, dari tiga yang disebut, dua merek lebih banyak dipilih. Yaitu, Satan dan Eat My Dust. “Itu karena kompon yang ditawarkan lebih soft ketimbang HUT,” jelas Utomo dari Tomo Speed Shoop di Jl. Bendungan Jago Raya, No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Begitunya dari dua ban ini, juga punya kelebihan dan kekurangan, lho. Meskipun, harga jual yang ditawarkan sama saja. Ya, Rp 500 ribuan di pasaran. “Kalau Satan, komponnya lebih lunak lagi dari Eat My Dust. Terlalu grip ketika start. Motor jadi mudah wheelie,” kata Yong Mustofa, tunner Yong Motor di Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tentukan kecepatan dan beban
Tapi dengan profil yang segitiga, ketika motor berjalan, traksi ban dengan aspal jadi lebih minim ketimbang Eat My Dust. “Tipe kembangan Satan yang memang sedikit lebih cocok buat dipakai di trek kering. Sedang Eat My Dust kembangan lebih banyak,” tambah Tomo yang baru married minggu lalu.
Soal ukuran, banyak yang pilih 45/90-17 hingga 50/90-17 buat depan. Sedang buat belakang, mulai dari 60/80-17 hingga 60/90-17. Oh ya, selain tiga merek yang disebut, ada juga merek Comet yang juga impor dari Thailand, harga Rp 344.500. So, pilih mana? (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR