CDI racing buat ngejar putaran tinggi |
Jakarta - Guna mendongkrak tenaga maupun torsi Honda CS1, tidak harus selalu korek saluran masuk plus buang, atau bore-up kapasitas silinder. Memang kedua cara itu mampu memberi hasil signifikan. Tapi bila sewaktu-watu mau dikembalikan ke kondisi standar lagi, butuh biaya yang lumayan.
Cara paling simpel yakni dengan mengaplikasi peranti pendongkrak tenaga plug and play (PnP). Misalnya pada sistem pengapian, CDI diganti pakai yang kurvanya lebih advance dan berlimiter tinggi atau tanpa limiter.
Bila perlu didukung dengan koil high performance untuk mendapatkan kualitas pengapian yang lebih oke.
Selanjutnya saluran gas buang diganti dengan yang lebih plong alias freeflow. Nah, biasanya pemakaian knalpot freeflow kalau ingin hasilnya lebih maksimal, spuyer dinaikkan sekitar satu step.
“Minimal pilot jet naik 1 dari 35 (standar CS1) jadi 38,” bilang Tri, mekanik Ultraspeed di Jl. Cipto Mangunkusumo (Jl. H. Mencong), Ciledug, Tangerang, Banten.
Lantas kombinasi part seperti atau merek apa yang kira-kira mampu mendongkrak performa CS1 cukup baik?
Yuk kita coba ngeset beberapa part PnP yang ada di pasaran untuk crossover andalan pabrikan berlambang sayap mengepak ini. Lalu kita ukur hasil peningkatan tenaga maupun torsinya lewat mesin dyno milik Ultraspeed (DynoMite buatan Amerika).
Oh iya, untuk bahan praktiknya, kami gunakan CS1 standar pabrik jebolan 2008 yang jarak tempuhnya sudah mencapai 13.700 km. Sebelumnya kondisi standar diukur terlebih dulu.
Hasilnya, dicapai peak power sebesar 11,29 dk/9.300 rpm. Sedang torsi puncaknya tembus 9,2 Nm/ 8.000 rpm.
Kemudian knalpot kami ganti tipe free flow. Produk yang dipilih yakni CLD seharga Rp 1,045 juta yang dari hasil pengetesan secara terpisah dengan beberapa produk lainnya, mampu menciptakan performa terbaik. Sebelumnya pilot jet dinaikkan 1 step pakai X-Treem seharga Rp 20 ribu.
Setelah itu otak pengapian kami ganti pakai buatan aftermarket jenis single map berlabel BRT (tipe Neo Hyperband) yang di pasaran dilego sekitar Rp 610 ribu. Sementara koilnya pakai produk Protect terbaru.
“Harganya masih kami pelajari. Mungkin enggak jauh beda dengan harga koil YZ125. Karena performanya mirip-mirip,” bilang Andy Soetomo, punggawa Ultraspeed yang bertindak sebagai distributor Protect.
Namun sebelum motor mulai didyno, setelan pilot air screw kami atur di 1 ½ putaran membuka. Hasilnya, setelah 2 kali run di atas mesin dyno, didapat tenaga maksimum mencapai 12,45 dk/11.027 rpm. Artinya terjadi kenaikan sebesar 1,16 dk.
“Buka-bukaan tenaganya lebih enteng. Selain itu napas mesin lebih panjang dibanding kondisi standar. Putaran mesinnya juga bisa mencapai di atas 12.000 rpm,” ujar Apung, mekanik Ultraspeed yang bertindak sebagai operator dyno. Sementara torsi maksimum terkerek jadi 9,7 Nm/8.200 rpm atau naik 0,02 Nm.
Sebenarnya kata Tri, hasilnya bisa lebih tinggi lagi. “Karena setelah businya dicek, pembakarannya terlihat basah. Rupanya akibat pecikan api busi memijar. Sepertinya performa busi sudah mulai menurun,” analisa Tri. (motorplus.otomotifnet.com)
Cara paling simpel yakni dengan mengaplikasi peranti pendongkrak tenaga plug and play (PnP). Misalnya pada sistem pengapian, CDI diganti pakai yang kurvanya lebih advance dan berlimiter tinggi atau tanpa limiter.
Bila perlu didukung dengan koil high performance untuk mendapatkan kualitas pengapian yang lebih oke.
Selanjutnya saluran gas buang diganti dengan yang lebih plong alias freeflow. Nah, biasanya pemakaian knalpot freeflow kalau ingin hasilnya lebih maksimal, spuyer dinaikkan sekitar satu step.
“Minimal pilot jet naik 1 dari 35 (standar CS1) jadi 38,” bilang Tri, mekanik Ultraspeed di Jl. Cipto Mangunkusumo (Jl. H. Mencong), Ciledug, Tangerang, Banten.
Koil Protec terbaru siap dirilis dalam waktu dekat |
Yuk kita coba ngeset beberapa part PnP yang ada di pasaran untuk crossover andalan pabrikan berlambang sayap mengepak ini. Lalu kita ukur hasil peningkatan tenaga maupun torsinya lewat mesin dyno milik Ultraspeed (DynoMite buatan Amerika).
Oh iya, untuk bahan praktiknya, kami gunakan CS1 standar pabrik jebolan 2008 yang jarak tempuhnya sudah mencapai 13.700 km. Sebelumnya kondisi standar diukur terlebih dulu.
Hasilnya, dicapai peak power sebesar 11,29 dk/9.300 rpm. Sedang torsi puncaknya tembus 9,2 Nm/ 8.000 rpm.
Kemudian knalpot kami ganti tipe free flow. Produk yang dipilih yakni CLD seharga Rp 1,045 juta yang dari hasil pengetesan secara terpisah dengan beberapa produk lainnya, mampu menciptakan performa terbaik. Sebelumnya pilot jet dinaikkan 1 step pakai X-Treem seharga Rp 20 ribu.
Setelah itu otak pengapian kami ganti pakai buatan aftermarket jenis single map berlabel BRT (tipe Neo Hyperband) yang di pasaran dilego sekitar Rp 610 ribu. Sementara koilnya pakai produk Protect terbaru.
“Harganya masih kami pelajari. Mungkin enggak jauh beda dengan harga koil YZ125. Karena performanya mirip-mirip,” bilang Andy Soetomo, punggawa Ultraspeed yang bertindak sebagai distributor Protect.
Namun sebelum motor mulai didyno, setelan pilot air screw kami atur di 1 ½ putaran membuka. Hasilnya, setelah 2 kali run di atas mesin dyno, didapat tenaga maksimum mencapai 12,45 dk/11.027 rpm. Artinya terjadi kenaikan sebesar 1,16 dk.
Sebenarnya kata Tri, hasilnya bisa lebih tinggi lagi. “Karena setelah businya dicek, pembakarannya terlihat basah. Rupanya akibat pecikan api busi memijar. Sepertinya performa busi sudah mulai menurun,” analisa Tri. (motorplus.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR