“Kami terbentuk ketika DPRD membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang penghapusan becak motor Siantar dengan alasan modernisasi,” buka Erizal Ginting, pendiri sekaligus ketua umum BOM’S. Saat itu BOM’S bersama tokoh masyarakat Siantar langsung mencetuskan ‘Empat Tuntutan Rakyat Bikers Becak Siantar’. “Tapi hingga kini baru dua dari empat tuntutan dipenuhi. Yaitu pencabutan Perda penghapusan becak motor Siantar dan pemutihan surat motor tua,” sebut Erizal sambil merinci dua tuntutan lainnya.
“Tuntutan lainnya adalah meminta dibuat Perda yang mengatur becak motor Siantar ini menjadi satu-satunya kendaraan wisata di Siantar. Dan terakhir adalah meminta pemerintah mentake over pemeliharaan dan membuat aturan pelarangan menjual BSA di Siantar keluar daerah,” tegasnya.
Menurutnya ini penting karena BSA dan becak Siantar sudah menjadi daya tarik bagi kegiatan wisata di Siantar. “Di seluruh dunia tidak ada kota yang mayoritas becaknya ditarik motor gede seperti BSA,” jelas pengusaha perhotelan ini.
BSA sendiri sudah banyak dimiliki warga Siantar sejak 1958 silam. Motor tua peninggalan Belanda ini kemudian dijadikan becak. Beberapa merek juga dijajal seperti Harley-Davidson dan BMW. Tapi sesuai tipologi Siantar yang berbukit, BSA dianggap paling cocok.
Kecocokan ini membuat masyarakat Siantar berburu BSA ke pelosok negeri. “Dulu di tahun 80-an sempat populasi BSA mencapai 3.000 unit. Sayang kalau ikon ini sampai hilang atau tidak dijaga. Bagi kami becak Siantar ini sama seperti batik atau ulos, aset budaya yang tidak ternilai harganya,” tegas Erizal. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR