Yaitu untuk melihat kondisi dan laju kendaraan lain di belakang. Bila anda hendak berpindah lajur misalnya untuk mendahului kendaraan di depan atau menghindari lubang, terlebih dahulu keadaan di belakang harus dipantau lewat spion. Setelah aman baru boleh bermanuver.
Karena fungsinya vital, wajar bila semua pabrikan menyediakan spion dengan visibilitas baik meski terkadang ukurannya lumayan besar. Karena ukurannya besar inilah akhirnya banyak bikers yang mengganti dengan spion yang lebih kecil.
Malah ada yang lebih ndeso! dengan melipat spion standarnya ke tengah. Katanya biar enggak gampang nyangkut saat berkendara di kemacetan. Tapi secara fungsi jadi enggak bisa dipakai lagi.
“Untuk ukuran spion yang paling baik dan safety adalah menggunakan spion standar bawaan motor," beber Siswanto, Instruktur Safety Riding dari PT. Wahana Makmur Sejati, main dealer Honda area Jakarta-Tangerang.
Sebenarnya mengganti ukuran spion boleh saja, selama tidak mengurangi fungsinya. “Boleh saja memperbesar selama tidak melebihi panjang setang," jelas Siswanto.
"Yang tidak boleh adalah memperkecil ukuran spion. Karena jika ukuran spion lebih kecil, otomatis blind spot atau area yang tidak terlihat jadi makin besar," bebernya.
Blind spot dari spion yang terlalu kecil juga bisa diperparah karena tertutup oleh tubuh kita. Kondisi belakang benar-benar tidak bisa dipantau lewat spion. Kalau sudah begini, resiko untuk kita dan pengendara lain.
"Jadi kalau mau ganti spion pikirkan faktor safety-nya terlebih dahulu," wanti Siswanto. (motorplus-online.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR