Sepanjang sejarahnya, Everest tercatat telah mengalami 4 kali evolusi, baik minor ataupun major change, bahkan kehadiran All New Ford Ranger baru diluncurkan bulan lalu, bikin penasaran semakin memuncak, bakal seperti apa wajah Everest terbaru nantinya.
Bukan apa-apa, hampir semua bagian Ranger lama tak ada lagi yang terpakai. Artinya, Everest baru bisa dipastikan bakal hadir dengan perubahan total.
Sampai sekarang, Everest ditawarkan dalam 4 varian yakni, XLT 4×2 A/T, XLT 4×2 M/T, LTD (Limited) 4×2 A/T, dan 10-S 4×4 M/T dengan harga berkisar di angka Rp 350 jutaan.
Nah, ketangguhan Everest juga terbilang mumpuni. Hampir tak pernah mendengar cerita tentang problem berat, kecuali akibat pemakaian dan tata cara pemakaian yang kurang tepat.
Berikut ini beberapa hal yang mesti diperhatikan ketika ingin meminang Everest seken ataupun baru. Intinya, semua tergantung perawatan masing-masing, tanpa khawatir mesti ada problem mendera.
Enaknya, mesin Everest terbilang ‘badak’ alias bandel dan minim perawatan. Jarang terdengar cerita Everest yang punya masalah berarti. Selamat menikmati Everest kesayangan..
Mesin
"Paling utama, perhatikan kualitas solar yang masuk. Tak harus pakai solar mahal ataupun bio solar, tapi yang penting tidak terkontaminasi," sambung Kunto lagi. Cara gampangnya, tinggal cari saja SPBU yang ramai. Biasanya, SPBU yang ramai punya kualitas solar lebih terjaga.
Nah, kecuali untuk pemilik armada atau Everest yang sering dipakai di medan berat seperti tambang dan perkebunan. Filter solar bisa dibuat ganda untuk memperpanjang usia pakai mesin. Biayanya berkisar di angka Rp 2,5 juta sudah termasuk pasang dan braket asli bawaan Everest. Penempatan saja yang sekarang dibikin di sisi depan filter udara. Jadi, dari tangki, solar akan melalui filter asli yang ada di dekat aki, lalu masuk lagi melalui filter kedua, baru setelah itu masuk ke fuel pump.
Soal perawatan lain, jangan hanya berpandu oleh buku perawatan servis. "Kondisi jalan di kota besar Indonesia yang sering macet, bikin jam hidup mesin lebih tinggi dari angka odometer," wanti pria ramah ini. Jadi, beberapa perawatan sebaiknya dibikin lebih cepat untuk antisipasi kerusakan lebih parah. Misalkan untuk timing belt. Walau dianjurkan ganti di kelipatan 120 ribu kilometer, akan lebih baik kalau diganti pada 100 ribu kilometer.
Khusus untuk Everest lawas, beberapa ada yang sudah waktunya ganti glow plug alias busi pijar. Indikasinya, mesin jadi susah starter. Harganya di kisaran Rp 168 ribu per buah untuk generasi mesin TDCi, dan Rp 192 ribu untuk Everest lawas. Nah, Everest punya 4 buah glow plug untuk masing-masing silinder. Akan lebih baik ketika mengganti sekaligus semuanya agar tidak harus bongkar pasang dua kali.
Pernah terdengar juga penyakit turbo Everest lama yang sedikit rembes oli. Walau terdengar penyakit berat, tapi ternyata solusinya mudah. "Biasanya dari klem pengunci slang turbo yang kendor. Jadi, sirkulasi oli yang berguna sebagai pelumas turbin, rembes keluar. Tinggal kencangkan saja klem, biasanya selesai masalahnya," papar warga daerah Meruya, Jakbar ini.
Begitu juga dengan oli yang digunakan. Standar baku Everest butuh oli dengan spesifikasi 5W-30 untuk mesin TDCi dan 15W-40 untuk generasi mesin lawas. Tiap penggantian, Everest butuh sekitar 7 liter sampai 8 liter oli, terngantung apakah ganti filter oli atau tidak. Perbedaan spesifikasi oli yang ditentukan juga bikin usia pakai turbo jadi pendek.
Kalaupun ingin turbo lebih awet. "Biasakan ketika mematikan mesin, tunggu mesin berputar stasioner atau idle selama minimal 30 detik, apalagi setelah berkendara agak kencang di jalan tol. Tujuannya agar turbo masih mendapat sirkulasi oli sebelum mati total," wanti Kunto lagi. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR