Bentuk safety belt memang tidak berubah meski dipakai bertahun-tahun. Banyak yang mengecek hanya dengan menariknya. Kalau masih nyangkut, anggapannya masih bagus.
Namun ternyata belum tentu. “Sebenarnya, safety belt itu hanya bisa menahan beban dua kali berat tubuh kita,” buka Ir. Bintarto Agung, instruktur Indonesia Safety Driving Center (IDDC).
Kalau hanya dipakai tiap hari sih, tidak akan apkir. Namun kalau mobil pernah mengalami benturan keras, sebaiknya cek kondisi seat belt juga. “Kalau tabrakan frontal, beban yang diterima safety belt kira-kira dua kali berat tubuh kita,” lanjutnya.
Jadi, khusus mobil yang pernah mengalami benturan keras dari depan, sebaiknya cek seat belt. Nah, kalau membeli mobil bekas pun demikian. Periksa tulang bodi apakah mobil pernah mengalami kecelakaan ‘adu kambing’? Karena biasanya perbaikan hanya difokuskan pada bodi dan belum tentu pemilik sebelumnya sudah mengganti seat belt.
Khusus buat mobil terkini, perhatikan buku manual untuk mengetahui apakah sudah menggunakan safety belt dengan pretensioner. “Safety belt dengan pretensioner, kalau sudah meledak harus diganti baru,” ujar Iwan Abdurahman, technical trainer PT Toyota Astra Motor.
Soalnya safety belt tipe ini akan apkir kalau pretensioner-nya pernah aktif. Ada semacam gas yang mendorong bola atau katup untuk mengencangkan safety belt sebelum terjadi benturan.
Nah, kalau gas sudah meledak, safety belt jadi macet. Makanya harus ganti baru. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR