Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Dua Syarat Solar Mesti Terpenuhi Agar Mesin Diesel Bebas Masalah

billy - Jumat, 30 September 2011 | 16:02 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption
 
JAKARTA - Mesin diesel pada mobil-mobil baru saat ini, umumnya sudah dibekali teknologi common-rail. Sistem kerjanya memakai pengontrol katup solenoid elektronik, yang memungkinkan solar terinjeksi sesuai jumlah yang dibutuhkan. Konsekuensinya mesti menggunakan jenis solar sesuai standar yang dibutuhkan mesin diesel common-rail.

Syaratnya mesti memenuhi dua unsur penting, yaitu angka setana(cetane number) lebih tinggi serta kandungan sulfur yang lebih rendah. Pertimbangannya, jika partikel bahan bakar kontak dengan udara, solar akan sulit terbakar di ruang bakar. Kondisi ini akan mengakibatkan penundaan atau jeda pada proses pembakaran yang cukup lama. Sehingga bisa menyebabkan gejala detonasi (ngelitik) pada mesin diesel.

Semakin tinggi angka setana semakin baik, karena dapat mempersingkat durasi jeda pembakaran di ruang bakar. Efeknya gejala ngelitik bisa ditekan, sehingga tenaga mesin tidak berkurang.

Selain itu perlu memperhatikan kandungan sulfur (sulphur content) dalam solar. Sebab mesin diesel masa kini memang membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah. Sebab material belerang ini bisa memicu karat, yang memungkinkan terjadinya penyumbatan di saluran-saluran kecil pada sistem common-rail.

Bisa dicermati dari spesifikasi bahan bakar solar beberapa produk, seperti Pertamina Dex. "Cetane number-nya minimum 54, maksimum sekitar 55-56. Sedangkan kandungan sulfurnya 300 ppm (parts per million)," kata M. Harun, vice president corporate communication PT Pertamina (Persero).


 Mesin diesel common-rail umumnya butuh cetane number tinggi serta kandungan sulfur yang cukup rendah(kiri atas). Semakin bening warna solar, kandungan sulfur lebih rendah(kiri bawah). Penggunaan additive seperti cetane booster cukup efektif buat menaikkan angka setana(kanan).
Adapula Biodiesel (Pertamina) yang memiliki kandungan sulfur sekitar 500 ppm, dengan angka setana antara 48 (min)-51 (max).  Bandingkan dengan solar standar yang punya sulphur content di atas 500 ppm, dengan cetane number maksimum 48.

Sedangkan solar produksi Shell, kandungan sulfur di dalamnya sekitar 50 ppm, dengan angka setana antara 48 (min) hingga 52 (max). Menurut Sri Wahyu Endah, media relations manager PT Shell Indonesia, Shell Diesel direkomendasikan untuk semua jenis mobil berbahan bakar solar. Lantaran bisa membuat mesin tetap bersih dan bebas dari deposit.

Nah tidak ada ruginya bersikap lebih selektif dalam menggunakan solar untuk mobil diesel Anda, ketimbang mesti berkorban lantaran mengalami kerusakan di kemudian hari.  (mobil.otomotifnet.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa