Jakarta - Meningkatnya peserta dari INAPA 2014 yang berlangsung di JIExpo, Kemayoran, Jakarta sampai 22 Maret nanti karena Indonesia dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa merupakan pasar potensial. Seperti di hall B dipenuhi oleh stan ban asing, seperti dari India, tapi didominasi asal Cina.
Cukup mengagetkan, seperti produk asal Cina sudah ada yang dipasarkan sejak 10 tahun lalu. "Kami sudah hadir sejak 13 tahun lalu," jelas Dayan Okter Saragih, Marketing GM PT Pancar Buana Terang (PBT), pemegang merek ban Aeolus.
Hingga kini, PBT masih mengimpor dari Cina lantaran lebih mudah dan murah pengirimannya. Mereka tidak mau mendirikan pabrik di Indonesia lantaran pengurusan izin yang berbelit-belit dan banyak biaya harus dikucurkan.
Dayan mengnambil contoh, pengiriman barang dari Jakarta ke Kalimantan memakan waktu dua minggu. Sama lamanya mendatangkan ban dari Cina ke Indonesia.
Begitu juga dengan biaya. Untuk pengiriman ke daerah justru lebih mahal ketimbang memasukkan dari negeri asalnya. "Belum lagi, ketersiapan invenstasi infrastrukturnya serta birokrasi di negara kita," ungkap Daya mengenai tidak ingin membangun pabrik ban di Tanah Air.
Jadi, para produsen akhirnya lebih memilih memproduksi di negerinya, baru kemudian dikirim ke Indonesia. "Para improtir maupun distributor pun tidak pusing dengan harga jual ban yang ditawarkan," sambung Patric Lorenzo, Marketing Executive PT veron Indonesia yang memasarkan ban merek Sailun. (Mobil.Otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR