AWAS JAMBRET
Dari kacamata Darmaningtyas, wakil ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), kemacetan di Jakarta memang akan semakin akut karena tidak adanya kebijakan esktrem untuk mengatasinya. “Bayangkan penambahan jumlah kendaraan setiap tahunnya yang begitu besar. Tapi nyaris tidak ada penambahan ruas jalan baru,” ujar Tyas.
Soal pergeseran hari macet, Tyas memiliki argumentasi sendiri. Melihat Jakarta yang semakin ruwet, para pegawai swasta maupun orang kantoran memilih Senin dipakai untuk rapat atau kegiatan internal. Demikian pula Selasa untuk melanjutkan hal-hal bersifat internal.
“Hari Rabu kemudian menjadi pilihan untuk keluar menemui klien bisnis setelah beres di dalam. Maka itu Rabu menjadi hari macet di Jakarta. Sedang Jumat sudah diketahui bersama para commuter dari Bandung misalnya habis jam kantor langsung mudik. Sedang sebagian yang lain dijadikan awal weekend alias liburan,” terang Tyas.
Ekses yang ditimbulkan dari Jakarta yang makin macet ditambah musim penghujan tiba, kejahatan perampasan dan penjambretan pun marak. “Penjahat memanfaatkan situasi macet dan hujan. Jakarta kalau situasi hujan kan stuck di mana-mana. Di situlah penjahat dari pemetik spion mobil mewah hingga perampasan terhadap pengendara mobil untuk diambil harta bendanya semakin tinggi frekuensinya,” lanjut pria yang ke mana-mana memilih busway sebagai sarana transportasi itu.
ETIKA BERKENDARAAN
Menanggapi itu, AKBP Wahyono selaku Wadirlantas Polda Metro Jaya (PMJ) mencoba untuk menyampaikan analisa. Diakuinya, situasi perlalulintasan di wilayah hukum PMJ memang sangat dinamis dan komplek. Kepedulian para stake holder terhadap kondisi lalu lintas sangat diharapkan sehingga dapat meminimalisir permasalahan lalulintas yang berkembang.
Bertambahnya kepadatan lalin antara lain disebabkan oleh faktor jalan. “Faktor klise yang selama ini ada adalah tidak seimbangnya pertambahan jumlah kendaraan dengan panjang jalan/kapasitas jalan yang ada. Lalu beberapa ruas jalan yang kurang baik, seperti membentuk bottle neck sangat menghambat kinerja jalan,” ujar Wahyono.
Selanjutnya, bentuk perpotongan arus lalu lintas dan bentuk persimpangan yang kurang maksimal. Pengaturan fase rambu lalu lintas juga menimbulkan waktu tundaan kendaraan pada ruas jalan. Kemudian berkurangnya manfaat jalan yang disebabkan adanya parkir on street, pedagang kaki lima, pekerjaan jalan dan sebagainya.
“Pendukung kinerja jalan berupa lampu traffick light terkadang mengalami kerusakan (mati) sehingga menimbulkan stuck pada beberapa simpul jalan, juga ikut andil membuat kemacetan,” sebut mantan Kapolres Blitar ini.
Memasuki musim hujan, kondisinya akan semakin parah karena menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang/rusak mengakibatkan para pemakai jalan memperlambat laju kendaraan.
Lalu, terdapatnya pohon tumbang yang mempengaruhi kelancaran kendaraan. “Kecendrungan para pemakai sepeda motor menghentikan kendaraannya saat hujan di bawah fly over sehingg menghambat laju kendaraan.
Terakhir, kami meminta kesadaran masyarakat mengenai etika/sopan santun dan tertib lalu lintas supaya terus ditingkatkan,” ungkap Wahyono.
Editor | : |
KOMENTAR