OTOMOTIFNET - Busi masuk komponen fital pada sistem pengapian. Part ini jadi ujung tombak menciptakan pembakaran di ruang bakar.
Tapi masih banyak yang cuma tau sebatas itu. Sehingga ketika busi motor kesayangan mengalami masalah atau sudah waktunya diganti, si pemilik motor main ganti dengan sembarang busi atau pakai milik motor lain. Anggapan mereka, yang penting bentuk deratnya sama.
Padahal komponen ini dirancang punya spesifikasi tertentu yang belum tentu cocok dipakai di motor yang bukan peruntukkannya. Seperti dialami Rahmat, warga Pondok Labu, Jaksel Yamaha V-Ixion keluaran 2007 miliknya.
Suatu saat ia memutuskan mengganti busi motor sport Garputalanya itu pakai punya saudaranya, Jupiter MX 135 yang emang model deratnya mirip sama punya V-Ixion. Di awal-awal pemakaian sih Vixienya tak memperlihatkan gejala yang aneh. Namun beberapa hari kemudian, lari motor mulai muncul gejala ndut-ndutan.
"Terutama saat gas dipelintir mendadak atau waktu di putaran atas," tutur pria kelahiran 1975 ini. Tadinya ia pikir mungkin karena settingan CO terlalu basah. Oh iya, Rahmat sebelumnya sempat mengubah setelan CO pada electronic control unit (ECU) di bengkel resmi Yamaha dekat rumahnya.
"Gue minta dibikin +2 karena knalpot sudah ganti pakai jenis free flow," terangnya. Tapi saat setelan CO dikembalikan ke kondisi semula (standar), kendala lari motor ndut-ndutan masih saja. Tapi begitu busi diganti yang benar-benar buat V-Ixion; pakai NGK CR8E (bisa juga pakai Denso U24ESR-N), masalah itu langsung hilang sampai sekarang. Kok bisa gitu ya?
Menurut Dirdhana, supervisor technical service division PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), kalau CO-nya cuma dinaikin 2 step saja sih tak akan terlalu signifikan dalam menambah debit bahan bakar. "Karena tingkatan CO pada V-Ixion bisa sampai 60 step. 30 setep ke atas dan 30 step ke bawah (dihitung dari 0)," jelasnya.
| Pastikan kode busi sudah sesuai |
Soal lari ndut-ndutan itu kemungkinan besar dari sistem pengapian. Yaitu dari kesalahan pemakaian busi, sehingga menyebabkan terganggunya sistem injeksi pada motor ini. "V-Ixion tidak bisa pakai sembarang busi. Harus yang menganut resistan (biasanya ada huruf R pada kode busi)," beber Dirdhana.
Doddy Hardianto, ass. marketing manager PT Denso Sales Indonesia juga sepakat sama hal itu. "Untuk motor yang banyak sensornya, harus pakai busi beresistor. Sebab saat terjadi loncatan api, busi yang tak menganut resistor tingkat radiasi atau gelombang elektromagnetiknya tinggi. Sehingga akan menggangu kinerja sensor-sensor yang ada," urai beberapa waktu lalu.
Perumpamaannya kayak petir deh. Pasti Anda pernah dengar atau bahkan mengalaminya sendiri. Waktu petir nyambar dekat rumah, tau-tau ada perangkat elektronik kayak TV, radio, telepon dan lainnya yang tiba-tiba korslet atau mati mendadak. Nah, itu karena terkena radiasi dari sambaran petir tadi.
Tentu imbasnya akan mempengaruhi kinerja dapur pacu juga. Lo, tapi kan busi Jupiter MX (NGK CPR8EA-9/Denso U24EPR-9) menganut resistor juga? "Benar. Tapi tingkat resistansinya sudah pasti dirancang beda dari kebutuhan V-Ixion. Alhasil otomatis kemampuan meredam radiasi yang terpancar pun akan beda pula," ucap Dirdhana.
Kodenya aja sudah beda Cuy!
Penulis/Foto: DiC / Aant
Editor | : | Editor |
KOMENTAR