Investigasi awal, tali helm AGV putus di bagian ujung |
Jika bicara takdir, masalah selesai. Itu artinya memang sudah hak Yang Maha Kuasa. Tapi, memang aneh kenapa helm AGV yang digunakan Super-Sic sampai terlepas! Bahkan Paul Butler, wakil IRTA, sekaligus pimpinan lomba tidak bisa menjelaskan.
“Jika harus menjawab, menurutku, itu masalah lain. Tapi, pasti, konsekuensi dan seluruh kondisi saat kecelakaan akan diselidiki,” sebut Buttler lebih lanjut.
Toh, Bambang Gunardi membocorkan sedikit analisis para ahli di MotoGP. “Ada kemungkinan tali helm terputus. Penyebabnya tersangkut dengan bagian motor. Besar kemungkinan di motornya sendiri, atau saat tertabrak dari belakang oleh Edwards,” jelas Bambang, juga via telpon dan pesan singkatnya.
Tetap sulit dipercaya. Makanya MOTOR Plus coba cari jawabannya dengan rekonstruksi sederhana. MOTOR Plus memakai helm Arai RX7 yang biasa dipakai pembalap MotoGP. Lalu mengikatnya dengan baik sesuai aturan pemakaian helm dengan sistem D-Ring Lock.
Saat dicoba melepaskannya tanpa membuka tali pengaman, helm itu tidak juga copot dari kepala. Hanya terasa sakit di bagian bawah dagu. Karena ya itu tadi, tali pengaman menahan helm di bawah dagu.
Percobaan lain, tali D-Ring Lock dipasang agak kendur. Ada jarak sekitar lebih dari 1 jari antara tali dan dagu. Yang terjadi, dagu sudah mentok chin-guard, sehingga dagu pun terasa sakit. Lagipula, model penguncian tali D-Ring Lock, memang kokoh. Meski kendur, saat ditarik, simpul malah makin mengunci.
Tapi, saat tali pengunci D-Ring Lock dilepas, atau salah dipasang, helm Arai RX7 yang begitu ketat mengempit pipi hingga ujung kepala, dengan mudahnya copot. Tali pengaman dengan mudahnya lepas dari kedua ring pengunci. Apalagi saat MOTOR Plus memposisikan kepala menunduk dan didorong dari belakang. Helm meluncur keluar dengan mudahnya.
Tetapi, sangat kecil kemungkinan, meskipun tetap ada, Simoncelli sampai salah memasang tali di D-Ring Lock. MOTOR Plus pun sering menyaksikan langsung, kru tim selalu mengecek visor dan tali pengikat helm sebelum pembalapnya masuk lintasan. Meski helm sempat dilepas saat pembalap ada di grid, ritual pengecekan visor dan tali kunci helm diulang lagi saat menunggu warm-up lap di grid. Mungkinkah Simoncelli dan kru-nya lalai?!
Apapun itu, takdir sudah terjadi. Simoncelli sudah meninggal. Pelajaran yang bisa diambil, secanggih apapun helmnya, jika tidak dipasang dengan benar, bahaya tetap mengancam. Bahkan jika yang memakai itu pembalap kelas MotoGP sekalipun.
Jika pun pemakaian helm sudah benar, tidak serta-merta bahaya sudah hilang. Kejadian tali pengikat putus pun masih bisa terjadi. Kita semua setuju, balapan olahraga berbahaya. Meskipun semua tindakan pengamanan sudah dilakukan, balap motor tidak pernah aman. (www.motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR