Jika salah perlu ditindak
Momen berpuasa ini bisa digunakan untuk menimbulkan kesadaran. Tidak melakukan perbuatan salah atau melanggar. Sebab, yang mengetahui dirinya berpuasa atau tidak, tentu hanya diri sendiri.
“Dalam menaati aturan lalu lintas pun, sudah seyogyanya pengendara meneladani makna berpuasa itu. Tidak melakukan kesalahan walau tidak ada petugas,” pesan Anggono Iriawan, Manager Motorsport dan Safety Riding dari PT Astra Honda Motor (AHM).
Kedasaran dalam diri ini memang harus terus diciptakan. Jusri Pulubuhu, seorang praktisi safety riding tetap optimis, dengan semakin gencarnya digelar berbagai program keselamatan berkendara, masyarakat pengguna jalan akan semakin sadar.
“Walaupun saat ini terkesan ibarat anjing menggonggong kafilah berlalu. Tapi kita harus tetap optimis,” kata Jusri bersemangat.
Untuk terciptanya keselamatan ini, tentunya perlu peran serta semua pihak. Peran pemerintah maupun polisi lalu lintas sangat penting sebagai aparat yang menertibkan.
Pelanggaran harus tetap dikenai hukuman sesuai aturannya. “Hukum merupakan pilar aturan yang berupaya memelihara ketertiban umum, sehingga dapat terciptanya cita-cita yang diinginkan,” mantap Jusri yang setuju penindakan bagi pelanggar lalu lintas.
Petugas sudah seharusnya menegakkan hukum dengan adanya kepastian hukum. Adanya kepastian hukum secara penuh maka akan meminimalisir pelanggaran yang mengakibatkan kecelakaan. “Selain preventif, kami juga melakukan upaya refresif untuk pencegahan,” pasti Kombes Chrysnanda, Dirlantas Polda Riau dalam satu kesempatan.
Bukankah ada pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati. Untuk itu, sikap represif petugas di lapangan untuk pelanggaran lalu lintas rasanya perlu ditekankan lagi. Bukan hanya saat adanya operasi yang berlaku pada waktu tertentu saja. Setelah itu dibiarkan kembali liar. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR