Gaya mereka tidak hanya jadi monopoli biker semata. Unsur di luar biker juga turut mewarnai berbagai fashion dan lifestyle. Pada gelaran kali ini, unsur kedaerahan masih cukup mewarnai ajang yang digelar setahun sekali ini. “Menarik sekali. Bisa menggabungkan unsur modern dan tradisional,” senang Boy dari Violent Storm Malaysia yang hadir di ajang ini.
Apa dan bagaimana mereka bergaya di pentas spesial tahunan itu. Mari kita intip langsung.
Ekspresi diri dengan mohawk
Ekspresi diri dengan meniru gaya rambut orang Indian kuno, dilakukan oleh empat anggota BBMC. Mereka adalah Upay, Reza Pamungkas, Budi Apache dan Baron Dajjal. “Dipotong seperti ini khusus saat gelaran acara ini,” kata Budi Apache.
Model potongan rambut tipis di pinggir dan tebal di tengah ini punya daya tarik tersendiri. Apalagi Upay, selain model Mohawk, tato back patch di punggungnya cukup menandakan kalau dia memang memiliki keterikatan tinggi dengan klubnya itu. “Tato ini lambang kesetiaan saya terhadap Bikers Brotherhood,” tegas Upay.
Bahkan salah satu anggota lainnya, Ojon juga ikut mengaplikasi model rambut Mohawk, tentu bukan hanya dirinya yang dandan dengan rambut berdiri di tengah. Melainkan juga beserta anak lelakinya.
Tina Lebih Casual
Cukup menarik melihat cara berpakaian para foxy lady di acara BSC ini. Seperti Tina misalnya. Mojang geulis ini terpantau menggunakan dua pakaian berbeda pada dua hari gelaran. Hari pertama, dia menggunakan baju terusan seksi berwarna hitam. Nah, hari kedua dia memakai celana pendek hitam dan baju kaos ketat dibalut sweater. “Pakaian hari pertama feminin. Sedangkan pada hari kedua lebih casual dipadu booth,” bilang Tina.
Oca dan Ojon beda lagi. Mereka berdua punya ciri yang lebih unik. Ojon misalnya, celana jeans ketatnya digulung sampai batas betis. Lalu dipadu dengan booth tinggi sehingga terlihat seperti gaya koboi. Sementara Oca menggunakan kemeja Flanel yang memang tampak jadi lebih casual. “Ini gaya sakahayang alias suka-suka,” kompak keduanya.
Lena dan suamianya Bulek pun bergaya khas biker dengan baju hitam lengan pendek, lalu lengan ditutup manset untuk menghindari sengatan panas matahari. Sedangkan Bulek menggunakan jeans dengan rompi yang menutup baju. “Setiap jalan memang selalu menggunakan pakaian seperti ini,” kata Lena yang nampak serasi dengan pakaian yang dikenakannya.
Dress Code sesuaikan tema acara
Komunitas yang berdiri pada 31 Januari 2005 ini memiliki ciri unik saat mengikuti gelaran BSC. Nuansa tempoe dulu dengan topi laken, dan pakaian pejuang 45 serta pakaian cewek bergaya Eropa sangat menarik perhatian.
Menurut Saca Surya salah satu anggota Paguyuban Sapedah Baheula (PSB), para anggota PSB memiliki beberapa dress code. “Tergantung pada saat perayaan. Kalau di acara ini bebas saja,” katanya.
Neng Purnamasari, salah satu anggota cewek malah menggunakan pakaian dengan ciri dandanan ala noni-noni Eropa dengan baju terusan sampai ke mata kaki. Gaya model ini mengingatkan kita akan fashion Bandung tempoe dulu.
Batik H-D
Batik unsur tradisional dan international
Semangat pelestarian budaya sangat kuat pada gelaran Brotherhood Street Carnival ini. Beberapa peserta seperti Rully Project P yang menjadi MC menggunakan pakaian batik yang didesain motif biker.
Tio salah seorang pengunjung malah sedang mencoba batik bermotif Harley-Davidson (H-D) yang dijual di salah satu stand. “Motif dan modelnya memang lumayan bagus. Unik saja,” jelasnya.
Batik yang dihargai Rp 225 ribu ini memiliki tiga pilihan warna berbeda. Hijau, merah muda dan hitam. “Cukup banyak yang menyukai motif batik ini,” kata Selly salah seorang penjualnya.
Nuansa budaya memang sangat kental di ajang ini. Budi Dalton El Presidente BBMC mengatakan unsur budaya bangsa harus diangkat agar generasi penerus bangsa kita bisa melestarikan budaya bangsa salah satunya, batik itu tadi.
Helm Ol SKOOL
Ciri khas yang cukup menonjol dikenakan oleh sebagian besar anggota BBMC yakni helm ol skool. Salah satu yang menjadi kekhasannya yakni helm tanpa kaca atau visor seperti pada foto.
Tanpa Kaca
“Untuk buatan Malaysia dihargai Rp 1,5 juta , sedangkan buatan Amerika seharga Rp 2,5 juta termasuk desain,” kata Irfan, Head Artis pada Freeflow Kustom Painting yang mendapatkan order untuk desain corak helm ol skool ini.
Memakai helm ini jangan atau malah tidak usah bicara soal kenyamanan. Sebab, debu dan angin pastinya akan langsung menerpa muka dan mata. “Sesuai aja dengan tampilan motor yang memang sudah klasik ,” mantap Irman, salah seorang pengendara yang menggunakan helm ARC ini. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR