Bagi dumegers, memang ada istilah ‘jalur tengkorak’ menunjukkan rute yang dilalui saat berangkat mengunjungi klub dan diskotik serta jalur baliknya. Umumnya, jalur berangkat dan pulang berbeda. Seperti yang dialami Afriyani Sutanti dan kawan-kawannya. Setelah dari minum alkohol di daerah Kemang, lalu ‘nyambung’ ke diskotik di kawasan Jalan Hayam Wuruk melalui jalur biasa.
Namun mungkin karena paranoid dan mengindari car free day kalau harus melalui Jalan MH Thamrin dan Jalan Sudirman, diputuskan memilih jalur pinggir melalui Jalan Juanda, Lapangan Banteng, Gambir arah Tugu Pak Tani yang menyebabkan lahirnya insiden ‘Tragedi Xenia Maut’ dengan korban 9 nyawa tak berdosa melayang.
“Bisa jadi para penikmat hiburan yang pulang dari arah kota, menghindari jalur utama. Misalnya, dari arah Gunung Sahari kan bisa aja lurus terus hingga Jalan Matraman. Hanya saja, mungkin karena sering kami melakukan razia kendaraan di sekitar Polres Jakarta Pusat, kemudian memilih jalur alternatif,” ungkap AKBP Budiyanto, Kasatlantas Polsek Jakarta Pusat.
Bagi kalangan dugemers, mereka kebanyakan memilih habit tersendiri. Pukul 22.00 – 02.00 WIB, biasanya menikmati hiburan di kawasan Kemang dan Senayan. Namun setelah pukul 02.00 WIB biasanya pada ‘nyambung’ ke daerah kota. Selain durasi bukanya lebih lama, juga tempat hiburannya banyak pilihan. “Biasanya, kalau di Selatan hanya minum. Kalau pakai obat (ekstasi) kan kelihatan banget,” ujar Andre sebut saja begitu, seorang pecinta hiburan malam.
Nah, guna memuaskan kenikmatan dunia, Andre dan kawan-kawannya meneruskan ke kota, tepatnya yang bertebaran di sepanjang Jalan Gajahmada, Hayam Wuruk, Mangga Besar, Glodok hingga Gunung Sahari. Beberapa diantara tempat hiburan malam itu ada yang buka 24 jam, terutama pada malam hari libur. Klub yang buka 24 jam itu ada di Jalan Hayam Wuruk, Lokasari dan Glodok.
Mereka juga hafal rute-rute yang biasa polisi biasa melakukan razia, termasuk jam nya. “Pokoknya, jangan pulang antara jam 4-5 subuh. Soalnya, jam segitu terjadi pergantian shift polisi. Kalau lagi apes, bisa dikuntit dan ditangkap polisi pas keluar dari diskotik atau klub. Kan pasti kelihatan mukanya kalau habis pakai,” sambar Panji, dugemers lainnya.
Bobby Hartanto, M.Psi, psikolog dan penggiat di Yayasan Cinta Anak Bangsa, pengaruh psikologis narkoba itu jelas ada. “Pengaruhnya kan langsung ke otak, sebagai pusat pengendalian perilaku. Soal bentuknya ya tergantung jenis narkoba yang dikonsumsinya. Ada yang membuat sangat rileks, bergairah karena pemakain anti depresan,” ujar Bobby.
Pada ‘kasus Tugu Tani” lanjut pria yang sejak 2001 terlibat di lembaga nirlaba menangani masalah drugs, meyakini faktor alkohol yang jadi penyebab. “Saya tidak berani memastikan dia tidak memilih jalan utama itu karena paranoid atau apa. Yang pasti alkohol membuat tingkat kewaspadaan menurun, sehingga sebagai pengemudi jadi enggak alert.”
Wakil Dirlantas Polda Metro Jaya, AKBP Drs Wahyono mengimbau kepada warga yang tidak perlu sekali jangan melintasi kawasan tempat hiburan malam di kota. “Karena kita jalan benar saja, belum tentu aman. Lebih baik waspada sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR