"Tahun lalu kurang banyak pesertanya. Di atas kertas yang ikut sampai 30-an motor, tapi tiap minggu paling hanya 15 motor," ungkapnya di Jakarta (3/3).
Menurutnya, ia bukan mengecilkan pembalap lain, namun ia bilang terlalu gampang menjadi juara di kelas tersebut. "Saya membalap untuk Ducati yang punya banyak modal dan spare part. Mungkin saya lebih gampang menang karena enggak keluarin budget sama sekali," lanjutnya.
Matteo pun mengungkapkan saran-saran bagi kemajuan superbike Indonesia. "Tahun lalu saya minta anak-anak latihan pakai superbike (1.000 cc) walaupun di kejurnas balap di supersport (600 cc). Seperti Yamaguchi yang 6 kali juara supersport FIM Asia, di negaranya ia latihan pakai 1.000 cc. Sebab balapan di superbike lebih kencang, jadi kalau pakai motor kecil lebih hebat. Di seluruh dunia paling prima kelas superbike, supersport untuk yang masih baru. Tapi di sini terbalik," paparnya. (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR