|
OTOMOTIFNET - Di jalanan, nyawa riders bisa jadi hanya ditentukan oleh dua roda dan kondisi jalan. Apalagi riding sangat ditentukan gaya gravitasi yang berhubungan langsung dengan keseimbangan seseorang.
Fakta di jalanan, faktor bahaya ini banyak ditemui di jalan-jalan tanah air. Jika di Malaysia, lembaga aduan kerusakan jalan bisa efektif, di Indonesia banyak nyawa melayang karena infrastruktur yanag rusak. Apa boleh buat, bikers sendirilah yang harus waspada menghadapi kondisi ini. Terlebih di musim hujan, hati-hatilah agar nyawa kita tak tersia-sia!
LATIH KEPEKAAN SAAT RIDING
Ini berkaitan dengan kondisi jalan yang akan dilewati. Jalanan basah sangat beda dengan melindas jalan kering. Terlebih jika aspal basah bercampur Lumpur dari galian-galian yang dilakukan pemerintah kota. “Untuk itu, kecepatan jangan melebihi 60 km/jam, terlebih skubek yang rata-rata punya diameter roda yang kecil,” jelas Joel D. Mastana, instruktur safety riding dari Bintaro.
Karakter jalan beton adalah lebih licin saat hujan. Walau pembuatnya memberikan arsiran untuk mengurangi kelicinan, kemungkinan ban sliding tetap aja gede! Paling pas adalah mengurangi tekanan ban sekitar 5 psi depan-belakang. Pergunakan maksimal engine brake motor dan pindahkan ke gigi rendah dengan halus.
Dalam kondisi jalan berlumpur, coba manfaatkan jalur bekas dilindas truk atau mobil. Ini membantu agar lumpur yang dilindas tak terlalu tebal. Khusus trek basah, pengereman dilakukan seimbang 50 persen depan dan 50 persen belakang.
JANGAN SENEWEN MENGHADAPI HAMBATAN KECIL
Speed trap (gundukan polisi tidur rendah tapi banyak), mata kucing, atau cold plastic (cat jalan raya) adalah sesuatu yang dipasang demi safety. Bro harus jeli menghadapi hambatan ini terutama saat hujan.
Kenyataannya, kita atau ‘lawan’ di jalanan seringkali terganggu akan kehadiran peranti ini. Mereka bisa saja melakukan manuver mendadak atau ngerem secara tak sistematis. Tugas kita adalah mengantisipasinya secara tepat!
“Bagi bikers membeda ketinggian seperti saat melindas ST bisa mengagetkan,” buka Subhan, dari SRP Facilities Development Sub Dept. Safety Riding Promotion Dept, PT Astra Honda Motor.
Bro tak perlu mengerem mendadak sebelum melindasnya. “Kami sudah merancang speed trap sedemikian rupa hingga tidak membahayakan. Rancangan ini sudah diuji terlebih dahulu Setelah dilalui, barulah ST berguna untuk memberi tahu pengguna jalan untuk mengurangi kecepatannya secara berkala,” buka Achmad Yani petugas dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Direktorat Keselamatan Transportasi Darat.
“Ikutin aja, riding position, pegangan di setang dan bahu kuat namun fleksibel,” tambah Subhan. Cold plastic di jalur busway atau underpass sebenarnya tak membuat jalan semakin licin.
Tapi secara psikologis, warna tersebut bisa saja mengganggu. ”Pihak DLLAJ sudah melakukan uji coba keselamatan dan tidak mengarah kesimpulan kalau pengecatan ini melicinkan jalan,” jelas A. Yani. Jadi konsentrasi jangan sampai teralihkan.
Mata kucing atau reflector mau tak mau harus diwaspadai dan bikin handling amburadul jika terlindas. Beberapa teman bikers yang merasakan melindas mata kucing ini mengaku kerepotan.
“Roda motor jadi kurang terkendali dan mengagetkan. Apalagi untuk motor jenis skubek yang lingkar rodanya lebih kecil,” aku Hafil Pramudya, penunggang Yamaha Mio.
PERLINTASAN KERETA API? NO PROBLEM!
Kris Julianto, awak MOTOR Plus punya pengalaman khusus melindas rel ini. AKibat terlalu seringnya dilewati, profil rel semakin menonjol. “Harus 100 persen rata saat melindas. Maksudnya harus men-T secara sempurna. Miring sedikit saja, roda tak bisa melewati rel dan malah mengikuti alur rel. Ini membuat pengendalian jadi nol, kehilangan traksi dan Bro bisa jatuh!,” wanti Kris.
Secara spontan, rider kadang menambah kecepatan saat melintas rel. Mungkin terkena mitos kereta yang datang mendadak hingga ingin buru-buru dilewati. Faktor kecepatan tinggi inilah yang menyebabkan celaka.
Tenang saja, lindas dengan sempurna tapi sebelumnya lihat kiri-kanan untuk menyakinkan. Jangan sekali-kali menerobos lintasan ya!
Penulis/Foto: Isf@n/YUDI
Editor | : | Editor |
KOMENTAR