Karena itu, dengan berbagai inovasi, busway terus dilakukan penyempurnaan. TErakhir adalah wacana Busway melawan arah lalu lintas, agar tidak ada pelanggar lagi yang menggunakan jalur busway. Apakah ini akan menjadi solusi massal di kota-kota besar? Ah...kayaknya enggak yakin!
“Ini ide kreatif dalam rangka menghilangkan pelanggaran dan mengurangi petugas. Tetapi, enggak serta merta bisa dijalankan karena memerlukan tiga pra syarat.
Pertama dari prasarana. Misalnya di persimpangan, lalu-lintasnya harus berubah. Lalu geometri persimpangan itu sendiri (radius tikung misalnya) dan area putaran balik alias u-turn juga harus ikutan menyesuaikan.
Kedua, sarana lalu lintas. Yaitu posisi setir pada bus Transjakarta. Saat ini, kalau bus merapat ke halte akan bergerak ke sebelah kanan (posisi setir di kanan). Bila contra flow dilakukan, akan terjadi proses sebaliknya karena meski setir di kanan, merapatnya ke kiri. Berarti di sini harus ada kesiapan petugas.
Bisa saja menggunakan cara ekstrem. Misalnya dengan mengubah posisi setir bus Transjakarta menjadi setir kiri. Tetapi hal ini tidak mengurangi risiko ‘kagok’ karena bila keluar jalur busway akan bertemu dengan kondisi lalu lintas berlawanan.
Begitu juga kalau pulang ke pool, harus ke kanan juga. Akhirnya harus dipertimbangkan lagi. Apakah sopirnya saja yang merapat ke sebelah kiri.
Ketiga, kebiasaan orang menyeberang. Lewat sistem satu arah, antara busway dengan kendaraan pribadi, sama sama menengok ke kanan untuk memastikan kondisi aman. Kalau pakai contra flow, harus menengok ke dua arah.
Tetapi itu memang ide kreatif (baca: nyeleneh, red). Karena hasilnya tidak ada orang yang melanggar. Karena saat melanggar, mereka akan bertemu dengan kepala busway dan berhadapan. Yang kedua, kontribusi petugas menjadi sangat minim. Oleh sebab itu sekarang sedang dikaji, dan hasilnya nanti akan disampaikan kepada Gubernur.
Untuk melakukan sistem contra flow, tiga hal di atas mutlak dilaksanakan dan wajib dipenuhi sesuai standar. Jadi tidak bisa fisiknya jadi langsung terus jalan. Dan nantinya, tidak semua koridor memakai sistem lawan arah ini.
Plus minusnya harus dipelajari. Karena itu mulai sekarang sterilisasi jalur busway itu harus tegas. Dengan satgas yang jumlahnya mencapai 600 orang sudah cukup efektif. Lalu dengan sistem buka tutup alias portal. Kelemahan lainnya separator dirasa masih kurang tinggi.
Itu sebetulnya mendidik masyarakat secara fisik. Pasalnya harus dengan cara memberi efek jera. Berbeda dengan negara lain yang cukup dengan marka jalan saja. Tetapi di Indonesia susah diterapkan. Separator tinggi saja masih dilanggar.
Efek jera menjadi sangat penting di sini. Karena itu di sini kami memohon kepada kepolisian tetap memberlakukan steralisasi jalur busway itu 24 jam. Jadi janganlah malam hari itu dibebaskan. Sekarang polisi menilang itu kami salut.
Ayo buruan realisasikan... Jangan omong doang ! (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR