|
OTOMOTIFNET - Efisiensi sekarang jadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih begitu. Masalahnya, efisiensi sering berbenturan dengan karakter dinamis sebuah kendaraan. Efisiensi bahan bakar tidak bisa diperoleh satu paket dengan kecepatan. Kalau mau irit ya jangan lari kencang. Masa iya sih?
Mengemudi Ekonomis
Efisiensi bisa kok diperoleh tanpa harus mengorbankan kecepatan. Selain kondisi mobil yang sehat, kuncinya ada di faktor manusia, pengemudi. “Sampai 20% konsumsi mobil dipengaruhi oleh gaya mengemudi,” kata Bettina Schmidt, instruktur eco driving BMW di BMW Efficient Dynamic Driving Day, di Tanjung Benoa, Bali awal bulan Oktober.
Karena itu, mengemudi pelan tak berarti konsumsi jadi lebih irit. Sebaliknya lari kencang, juga tidak berarti jadi lebih boros. Menurut hasil riset BMW, mengemudi 50 km/jam di dalam kota dengan gigi 3, konsumsi bahan bakarnya hampir sama dengan saat berlari 100 km/jam dengan gigi 5. Sementara di jalan tol mobil yang bergerak 150 km/jam dengan gigi 5, jauh lebih irit dibanding lari 20 km/jam dengan gigi 1.
Kendaraan efisien adalah yang tetap irit walaupun lari kencang. Efisiensi tidak bisa diperoleh hanya mengurangi kecepatan, tapi juga bagaimana gaya saat menurunkan atau menambah kecepatan.
“Angka di atas diperoleh dari tes dengan situasi seperti sirkuit. Dalam situasi nyata di jalan kita banyak menemui macet, mobil lain atau motor berseliweran. Intinya mengemudi dengan smooth. Minimalkan mengerem dan menginjak gas terlalu dalam termasuk kebiasaan ngegas saat menghidupkan mobil,” papar Klaus Heimerl, driving instructor BMW.
Jarak dengan kendaraan yang lain juga turut memengaruhi efisiensi. Jangan terlalu dekat, jaga jarak karena membantu mencegah stop and go. Menginjak rem dalam-dalam lalu ngegas cenderung boros bahan bakar.
Konsumsi bahan bakar, cermin gaya mengemudi |
Kalau jarak terjaga, pengemudi hanya perlu mengangkat pedal gas untuk mengurangi kecepatan. Lalu gas lagi sebelum kecepatan dan putaran mesin berkurang terlalu banyak. “Akselerasi di gigi 5 bisa menghemat bahan bakar sampai 10% dibanding pada gigi 3,” ungkap Bettina yang akrab disapa Tina ini.
Bawaan dan peranti tambahan yang membebani mobil juga mesti diperhitungkan. Lebih baik singkirkan berbagai peranti yang gak dibutuhkan tapi memberati kendaraan seperti roof rack atau bike rack.
“Singkirkan kalau tidak perlu, karena bikin berat dan mendongkrak konsumsi bahan bakar. Jaga mobil seenteng mungkin agar tetap aerodinamis. Singkirkan peranti yang tidak perlu, tutup jendela dan sunroof,” bilang Klaus.
Bagaimana dengan peranti elektrik? Mematikan AC bikin kendaraan lebih irit? Bisa jadi, tapi efeknya tidak selalu baik. Yang pertama, mematikan AC di daerah panas jelas bukan pilihan yang bagus. Irit tapi kalau bikin enggak nyaman karena mandi keringat, enggak asik juga kan.
Kalau cuaca sejuk dan nyaman, mematikan AC dan buka jendela bisa jadi pilihan. Tapi inipun dengan syarat. “Kalau bukanya hanya sedikit, bagus buat efisiensi bahan bakar. Tapi kalau buka lebar-lebar apalagi sampai buka sunroof, malah jadi mengurangi aerodinamika kendaraan. Jadinya lebih boros, enggak efisien lagi,” kata Tina.
Penulis/Foto: Nawita / Istimewa
Editor | : | Editor |
KOMENTAR