“Menghadapi situasi seperti ini, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Saya melihat bagaimana ia mengalami insiden itu dan saya sangat sedih. Simoncelli adalah pembalap yang kuat dan selalu tampil maksimal di setiap balapan. Kami selalu berkompetisi sejak masih anak-anak. Dia selalu terlihat perkasa dan kebal saat mengalami insiden. Tapi insiden kemarin membuat saya kaget,” ujar Dovizioso.
Jika Dovi berbicara tentang pengalamannya bersama Simoncelli, Dani Pedrosa yang pernah berselisih dengan Simoncelli menjelaskan bahwa profesi yang mereka geluti memang sangat berbahaya. Pedrosa menganggap bahwa pembalap juga penting memperhitungkan nyawa dan bukan hanya ambisi.
“Saya tidak bisa mengungkapkan apa-apa tentang insiden ini, saya hanya bisa bersedih dan mengucapkan belasungkawa kepada keluarganya. Tragedi kematian tersebut membuat kaget semua orang di paddock. Kadang kala kita melupakan betapa bahaya balapan MotoGP dan ketika pembalapnya meninggal, tidak akan berarti apa-apa. Pasti kami akan menjalani profesi sebagai pembalap, tapi kalau terjadi insiden maut maka semuanya sia-sia,” jelas Pedrosa.
Tidak jauh berbeda dengan Casey Stoner, yang juga merasa kaget mendengar insiden kematian Marco Simoncelli. Stoner berharap pihak keluarga bisa tabah menghadapi kepergian Simoncelli. “Saya juga sangat syok. Insiden di MotoGP Malaysia mengingatkan kita betapa berharganya hidup. Semoga keluarga diberikan ketabahan,” imbuh Stoner.
Agak berbeda dengan ketiga pembalap tim Repsol Honda, Shuhei Nakamoto sebagai vice president Honda Racing Corporation (HRC) menyatakan perasaan sesal karena pernah membuat Simoncelli marah-marah usai meraih podium pertamanya di MotoGP Ceko (14/8) lalu.
“Simoncelli adalah pembalap yang sangat berbakat, dan saya sangat sedih dengan tragedi maut di Sepang. Kadang-kadang saya menuntut terlalu keras pada Simoncelli, seperti di MotoGP Ceko. Simoncelli marah-marah karena saya bisa ‘Untung bisa podium’. Tapi saya hanya ingin memberikan motivasi lebih, karena saya tahu ia bisa berbuat lebih baik,” pungkas pria setengah baya asal Jepang itu.
Apapun ungkapan yang ada saat ini, memang sudah tidak berarti lagi. Penyesalan, kebahagiaan, tawa dan bahkan pertemanan sudah tidak ada artinya lagi bagi Simoncelli. Ia sudah pergi menyisakan kesedihan bagi dunia balap motor internasional. (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR