Namun Stoner tidak ‘se-pelit’ itu untuk membagi informasinya. Pembalap asal Australia itu menjelaskan bahwa perbedaan diantara keduanya, cukup signifikan. Diantaranya adalah top gear dan tenaga yang terasa di ban belakang, serta kemungkinan sliding yang lebih besar di motor 1.000 cc ketimbang motor 800 cc.
“Jelas tenaganya sangat besar yang terasa pada ban belakang sehingga membuat ban belakang motor rentan untuk tergelincir. Mungkin karena masih menggunakan spesifikasi ban 800 cc, jadi kondisinya sangat berbeda. Namun karena tenaga besar inilah kemungkinan ban depan terangkat setiap saat itu ada. Sementara di motor 800 cc, kemungkinan untuk naiknya ban depan hanya di gigi 2 dan 3 saja,” papar Stoner.
Stoner melanjutkan bahwa siapa saja yang cepat untuk beradaptasi dengan kecendrungan tenaga besar ini, maka ia akan meraih hasil yang lebih baik. “Kami harus lebih fokus pada kurva tenaga yang dihasilkan oleh motor ini. Termasuk input dan output, agar motor lebih seimbang dan lebih mudah untuk dikendarai. Walau demikian level kesulitannya tetap tinggi dan resiko lebih besar. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana pembalap pemula yang akan masuk ke kelas ini,” sesumbar Stoner.
“Hal yang paling penting adalah melakukan latihan sebanyak-banyaknya dan membiasakan diri dengan motor ini. Tujuannya adalah agar pembalap bisa menyesuaikan gaya balapnya dengan motor tersebut,” tutup Stoner. Tapi karena sesi tes terbatas, maka mengumpulkan data dari beberapa pembalap dalam waktu bersamaan adalah hal yang masuk akal. (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR