Jakarta - Tanpa proses launching, PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) meluncurkan generasi terbaru dari Kawasaki Athlete. Desain bodinya lebih futuristik dan mengalami beberapa perubahan pada mesin juga sasisnya. Namanya, Kawasaki Athlete Pro. Mau tahu rasanya seperti apa impresi “ayam jago” yang kini sudah pakai kopling manual ini? OTOMOTIF sudah melakukan test ride lengkap, nih ulasannya the baby Ninja! • (otomotifnet.com)
Setang jepit merunduk dan sempit, lincah tapi pegal
Tetap mempertahankan suspensi depan panjang, bedanya kini jauh lebih berotot. Desain bodinya lebih lebar dengan sudut-sudut tajam, bahkan hingga cover knalpotnya pun dibuat lebih besar. Di buritan, lampu belakang makin besar dipadu dengan jok yang di area pembonceng justru dibuat membulat dan memiliki kulit pelapis yang berbeda layaknya motor sport single seat.
Disc brake-nya keren model bergerigi mirip Ninja 250FI. Meski bodi makin lebar, kaki-kaki tak berubah, desain hingga ukuran pelek dan ban masih sama saja. Ban 70/90-17 di depan dan 80/90-17 di belakang jadi terlihat kekecilan.
Tampilan lampu depan terlihat lebih futuristik dan sporti
FITUR DAN TEKNOLOGI
Gak jauh beda dari model sebelumnya, desain spidometer tetap simpel. Sayangnya, masih belum ada fuelmeter, hanya ada lampu yang akan menyala ketika bensin tinggal sedikit. Mirip konsep motor sport, lampu sein keluar dari bodi khas motor batangan.
Begitu juga dengan tangkinya yang tetap berada di atas underbone, isi bensin tak perlu buka jok.Ketika membuka jok, terlihat bagasi yang cukup lapang mampu menyimpan berbagai barang bawaan. Kalau cuma jas hujan, tools kit dan sarung tangan bisa dengan mudah ditelan.
“Kini juga ada penambahan tuas kopling, perpidahan gigi juga layaknya motor sport. 1 ke bawah, 2 sampai 4 ke atas. Namun, ketika mesin mati dan persneling masuk, engine enggak bisa distarter. Harus dinetralkan dulu,” ungkap Tester OTOMOTIF.
Panel indikator di spidometer masih kurang fuelmeter dan takometer
Di area mesin, ada beberapa penyempurnaan. Mesinnya masih SOHC 2 klep berpendingin udara 125 cc dengan beberapa update seperti profil kem, port masuk, karburator dan knalpot. Mesin yang masih menggunakan karburator Keihin PB20 ini, kini juga sudah lolos standarisasi emisi Euro 3 berkat penambahan catalytic converter dan perubahan mapping CDI.
RIDING POSITION & HANDLING
Saat duduk, rasanya nyaman. Jok tebal, lebar dan punya punuk di depan jadi enggak gampang melorot. Busa yang belakang lebih tebal bikin pantat pembonceng dimanjakan. Posisi setang jepitnya tetap merunduk, tangan juga dipaksa sempit karena lebar setang hanya 650 mm.
Memang sih mendukung manuver jadi lebih lincah, tapi buat jarak jauh pegal bro.Wheelbase Athlete Pro 1.240 mm, tidak terlalu panjang sehingga masih lincah. Namun urusan stabilitas juga enggak kalah, bantingan suspensinya pas, rebound-nya nyaman meski dipakai ngebut dan menikung di jalanan beton.
Kontruksi monosok offset single shock-nya di revisi jadi 450, bermanuver lebih stabil
Tentunya ini karena didukung sok teleskopik depan 26 mm dan suspensi monoshock di belakang yang direvisi kemiringannya, kini jadi 450. Salah satu yang mengurangi kenyamanan adalah posisi footstep yang terlalu maju, coba mundur dikit pasti riding position-nya makin sporti, singkron dengan setang pendeknya.
Selain itu, getaran juga sangat terasa hingga ke tangan dan kaki, terutama saat cruising bertahan di kecepatan tertentu, seperti kesemutan nih...
Karakter mesinnya overbore, bila dibandingkan dengan sesama bebek 125 cc, akselerasinya masuk kategori rata-rata. Di putaran bawah masih cukup responsif, namun tengah ke atasnya agak berat, terlebih gigi 4 nya berkarater overdrive. Kopling manualnya juga tak terlalu banyak membuat perubahan karena terlalu lembek.
Kini pakai kopling manual meski secara performa tidak banyak membantu karena terlalu lembek
Jika dibandingkan dengan kompetitornya, seperti Honda Blade 125 FI, akselerasinya tak jauh berbeda. Saat dites memakai Racelogic, kecepatan 0-60 km/j meraih angka 6,2 detik sedang Blade bisa mencapainya hanya dalam waktu 5,9 detik. Tapi, saat hendak mencapai jarak 201 meter, motor yang dijual Rp 17,1 juta OTR Jakarta ini bisa lebih cepat, catatan waktunya 12,8 detik sedang Blade hanya 12,9 detik. Lebih lengkap lihat data tes.
KONSUMSI BENSIN
Perbandingan kompresi mesin 9,8:1 disarankan untuk diisi bahan bakar beroktan 92 agar kinerja ruang bakar lebih optimal. Diajak berkeliling kota Jakarta siang-malam melewati berbagai kondisi jalanan. Hasilnya, setelah dilakukan pengetesan dengan cara fuel to fuel sebanyak 3 kali, konsumsi bahan bakar didapat angka 44 km/liter.
0-60 : 06.2 detik
0-80 : 10.8 detik
0-100 : 27.5 detik
100 m : 08.2 detik (69.7 km/j)
201 m : 12.8 detik (84 km/j)
402 m : 20.8 detik (95.8 km/j)
Top speed : 110 km/j (speedometer)
Top speed : 106 km/j (race logic)
Komsumsi bensin : 44 km/liter
Postur tubuh : 170 cm/ 50 kg
DATA SPESIFIKASI
FRAME
Suspensi Depan : 26 mm telescopic fork
Suspensi Belakang : Offset single shock with adjustable spring preload
Rem Depan : Single 260 mm petal disc
Rem Belakang : Single 220 mm petal disc
Ban Depan : 70/90-17M/C 38P
Ban Belakang : 80/90-17M/C 44P
Panjang x Lebar x Tinggi : 1,920 mm x 650 mm x 970 mm
Jarak Poros Roda : 1,240 mm
Jarak ke Tanah : 150 mm
Berat : 104 kg
Kapasitas Bensin : 5.2 litres
Trail : 74 mm
ENGINE
Tipe : Air-cooled, 4-stroke Single
Maksimum Power : 7.2 kW {9.8 PS} / 8,000 rpm
Torsi Maksimum : 9.2 N.m {0.94 kgf.m} / 6,500 rpm
Karburator : PB20 (Keihin)
Diameter x Langkah : 56.0 x 50.6 mm
Volume Silinder : 125 ccSistem
Pengapian : Magneto DC-CDI
Perbandingan Kompresi : 9.8:1
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR