Bedanya, varian hatchback dari sedan Esteem ini punya dua pilihan varian bodi, yakni dua pintu dan empat pintu. Beruntung bagi Ahmad Maulana yang berhasil mendapatkan varian dua pintu dengan harga miring. Sedan imut lansiran 1990 tersebut ditebus cukup murah, Rp 18 juta saja pada slang waktu tiga tahun lalu.
“Tadinya punya tetangga di Pekanbaru yang mau pindah,” ungkap Nanang, sapaannya. Pria yang berdomisili di BSD, Banten ini memilih Amenity dengan alasan kontur bodinya sudah membulat dan volume kabinnya cukup luas.
“Kebetulan saya suka mobil dua pintu,” jelas Nanang menambahkan bahwa sistem suspensi independen bawaan standar menjadi daya tarik Amenity. Terlebih ada pilihan mesin serupa dengan teknologi DOHC milik Suzuki Cultus yang diincarnya.
“Yang dua pintu terbatas, sepertinya enggak lebih dari 100 unit populasinya,” tutur Bramantyo dari komunitas Suzuki Amenity Eleny Indonesia. “Sepertinya (versi dua pintu) untuk tes pasar saja aja,” ujar Kautsar Muqtadir alias Odang, pemilik Amenity GLX empat pintu produksi 1991.
Soal harga, untuk saat ini masih didominasi varian empat pintu karena cukup banyaknya populasi. “Mahalan empat pintu, kisarannya maksimal Rp 40 juta,” tambah Bramantyo. Lain lagi alasan Odang yang sesekali mengandalkan Honda Accord 2003 untuk harian, memilih ‘saudara kembar’ Cultus ini lantaran dimensinya kecil dan perawatannya mudah.
Buritan cukup ringkas, lebih trendi dengan aplikasi bumper Cultus (kiri). Kabin versi dua pintu lebih sportidengan model jok semi bucket (kanan)
Nanang membenamkan mesin injeksi milik Cultus berkode G13B lengkap dengan wiring dan tanpa ubahan engine mounting. Teknologinya sudah menganut DOHC Twincam 16 valve EFI. Sedangkan Odang justru lebih pilih mesin berkode G16 bawaan Esteem GT, tanpa ubahan dudukan sama sekali.
Tantangannya justru ada apa pada komponen lain. “Yang susah karet-karet kaca,” keluh Odang yang bersyukur masih banyaknya onderdil Amenity kualitas KW, walaupun parts kategori orisini relatif mudah diperoleh dengan harga tinggi.
Yang menarik yakni konsumsi bahan bakar tergolong irit layaknya mobil terkini yang berkapasitas mesin kecil. “Bensin masih 1:14,” senyum Nanang yang punya rute harian dari BSD, Banten menuju kawasan Gunung Sahari, Jakpus pergi pulang.
Selebihnya soal aksesoris keduanya sepakat menjadikannya keasyikan tersendiri dalam memburunya. Pasalnya banyak peranti asli bawaan Cultus yang langsung bisa di aplikasi tanpa menuntut banyak ubahan. Baik aksesoris untuk eksterior, kabin maupun mesin. Boleh juga nih! (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR