Ipsos Business Consulting mengungkapkan bahwa Indonesia berpotensi menggantikan Thailand sebagai basis produksi otomotif di ASEAN.
Markus Scherer, kepala sektor otomotif global di Ipsos Business Consulting mengatakan, pada tahun 2015, kesenjangan produksi antara Indonesia dengan Thailand sekitar 810,000 unit.
Namun pada tahun 2020, selisihnya diperkirakan mengecil menjadi hanya 465,000 unit.
Lebih lanjut, agar Indonesia menjadi basis produksi mobil nomor satu di ASEAN, kesenjangan tersebut harus dapat diatasi.
Bagaimana caranya?
“Peningkatan utilitasi pabrik. Di tahun 2015, Indonesia memiliki kapasitas produksi terpasang hingga 2 juta unit kendaraan, namun hanya sekitar 62% yang dimanfaatkan,” ujar Markus.
Kemudian meningkatkan investasi lanjutan hingga USD 2,6 milyar untuk pembuatan pabrik baru atau untuk peningkatan kapasitas pabrik, dengan asumsi tingkat utilisasi tetap sama.
“Memiliki basis produksi di Indonesia akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan dari segi biaya, skala produksi dan rantai suplai di Indonesia yang diprediksi akan menjadi kekuatan otomotif yang unggul di ASEAN,” ucap Douglas Cassidy, Direktur Ipsos Business Consulting Indonesia.
Di sisi lain, iklim usaha di Indonesia saat ini tidak terlalu menguntungkan pemain industri otomotif.
Menurut indeks ‘ease of doing businesss’ oleh Bank Dunia, Indonesia berada di posisi 109 dari 198 negara, sementara Thailand ada di posisi 49.
Namun pemerintah Indonesia telah mentargetkan kenaikan ke posisi 40 pada tahun 2018.
“Perkembangan yang ada saat ini menunjukkan tren positif seperti kelonggaran aturan kepemilikan asing di daftar negatif investasi dan prosedur aplikasi perizinan yang disederhanakan,” bilang Scherer.
Editor | : | Harryt MR |
KOMENTAR