Mulai dari warna dan intensitas ambient lighting, lampu mana yang mau dinyalakan, menutup dan membuka sunroof, moonroof dan krey elektrik di setiap posisi, hingga mengaktifkan kursi pijat dengan berbagai kombinasi gerakan yang menjadi poin plus plus. Masih ada lagi? Tentu masih sangat banyak. Yang disayangkan, mengapa fitur safety pintar seperti adaptive cruise control, emergency brake otomatis, lane departure warning system dan keep assist tidak dimasukkan.
KENYAMANAN & HANDLING
Langsung ke intinya. Apakah Seri 7 G12 lebih baik dalam bidang kenyamanan dibanding sang raja nyaman seperti Mercedes-Benz S-Class? Hmm, sayangnya belum. Posisi duduk di belakang cenderung terlalu tinggi, pun joknya yang tidak seempuk yang seharusnya untuk sebuah full size sedan. Sudut recline jok belakang pun belum bisa dianggap spesial (dibanding sudut 37 derajat W222, tentunya), begitu juga ketika dibuat mode VIP, tidak ada foot rest dan leg rest.
Namun kami sangat suka ketika duduk di depan. Pengaturan jepitan support menunjukkan pengemudi dapat dipeluk sempurna oleh kontur jok. Feeling setir hampir sama dengan setiap BMW lainnya yang tentunya fun to drive, terutama ketika diganti ke mode Sport. Saran, pilih saja mode Adaptive selama perjalanan agar tidak repot-repot mengganti. Karena mode ini dapat menyesuaikan gaya mengemudi driver. Oh iya, kalau bertemu jalan dengan kontur yang rusak parah atau tanjakan curam, cukup tekan tombol di sebelah pengendali iDrive.
Satu sentuhan, setting suspensi udara akan naik setinggi 20 mm untuk memberikan ground clearance yang lebih tinggi. Sebagai info, ketinggiannya juga akan menurun 10 mm untuk menurunkan center of gravity. Kembali ke intinya, BMW tidak menciptakan Seri 7 untuk memberikan kenyamanan yang sempurna hanya ke penumpang saja. Pengemudi pun masih mendapat rasa dinamis dan senyuman yang sama ketika mengemudikan BMW yang lebih kecil. Yup, best of both worlds.
PERFORMA & KONSUMSI
Ternyata, mesin baru yang digunakan masih efisien dan bisa disebut hemat untuk ukurannya. Dengan bantuan konstruksi yang ringan, Auto Stop/Start dan coasting, kami masih mendapat angka 6,9 km/liter setelah melewati lebih dari 400 km kombinasi jalan tol dan kemacetan, bahkan tanpa mode Eco Pro.
Yang mengagetkan justru adalah performanya. Meski tenaga dan torsi lebih kecil dari S 400 L, keuntungan berat membuatnya jauh lebih cepat. Dalam mode Sport dan DTC aktif, waktu 0-100 km/jam tercetak hanya 5,6 detik saja! Yes, jadi sedan ultra-mewah ternyata tidak menghalangi 740Li untuk hampir secepat roadster Z4 sDrive35i yang pernah kami tes beberapa tahun lalu.
Reaksinya terhadap injakan throttle pun instan, begitu juga respon instan perpindahan transmisi otomatis 8-percepatannya saat kickdown atau menambah injakan gas yang juga sangat kami suka pada setiap varian BMW lainnya.
Testimoni
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR