Kini tersedia banyak pilihan lebih murah, namun harus tetap waspada dalam memilihnya
Jakarta - Kalau pernah atau kalau mau menceperkan, pasti tidak asing dong dengan kata air sus? Sering disingkat demikian, air suspension atau suspensi udara kini makin populer. Sanggup memberikan tampilan down to earth, tanpa harus mentok sana sini.
Namun selain bisa menaikturunkan ketinggian bodi, suspensi ini sebenarnya lebih ditujukan kenyamanan dibanding tampil gaya. Lalu bagaimana soal mitos yang dikatakan tidak bisa digunakan untuk penggunaan performa tinggi? • (otomotifnet.com)
Kompresor & Tabung
Kompresor menjadi sumber udara yang dibutuhkan di dalam balon, sedangkan udara bertekanan tinggi yang dibuatnya disimpan di dalam tabung. Jenis kompresor dibedakan dari seberapa cepat pompa tersebut bisa mengisi angin, sedangkan tangki dari bahan dan ukurannya.
Contoh merek Viair, kompresor ini bekerja dengan udara bertekanan kurang lebih 200 psi, sehingga tidak memungkinkan untuk diganti dengan grade pabrik. Indra dari Akasia Motor pun menjelaskan tabung air sus sebaiknya tahan tekanan tinggi, seperti merek Universal Air yang tahan hingga 500 psi.
Namun yang lebih krusial adalah pemasangan pressure switch, sensor kecil yang mengaktifkan dan mematikan kerja kompresor jika tekanan udara di dalam tabung sudah di luar spesifikasi yang digunakan. Dengan pressure switch standar misalnya, kompresor akan menyala ketika tekanan sudah berada di bawah 160 psi dan akan mati saat sudah di atas 200 psi.
“Kalau pasangnya di sembarang tempat, biasanya tidak dipasangkan sensor ini. Jadi menyalakan dan mematikan kompresornya manual. Itu bahaya karena bisa lupa dan meledakkan tabung kompresornya,” tambah pria yang sudah pernah memasang suspensi udara di berbagai jenis mobil tersebut.
sejarah
Di Indonesia, awal 1960-an jadi waktu perkenalan sistem canggih ini. Penggunaan bawaan dari pabrik untuk mobil presidensial agar menjadi lebih nyaman juga menjadi awal air suspension diterapkan di mobil-mobil mewah seperti Mercedes-Benz S Class, BMW Seri 7 hingga Rolls Royce.
Kemudian di kalangan modifikator Indonesia, balon pengganti per ini pertama kali diperkenalkan dengan produk Air Runner di tahun 2004. Tahun 2006, Universal Air mulai dibawa, namun harga yang cukup tinggi di tahun itu tidak membuat popularitasnya langsung meroket. •
Perawatan
Bila pemasangan dilakukan dengan tepat, air suspension sebenarnya sangat minim perawatan. Meski belum bisa disebut free maintenance, cukup 2 bulan sekali pemilik cukup membuka keran dari tabung untuk membuang air yang disebabkan oleh kondensasi.
“Kalau tabungnya pakai yang stainless steel, proses ini bisa lebih jarang karena tingkat airnya jauh lebih sedikit,” terang Raya Irwansyah dari Akasia Motor. Sedangkan untuk balon, hanya disarankan untuk memberi semir sesekali untuk memperlambat proses getas dari karet. Kebanyakan karet balon pun bisa bertahan lebih dari 5 tahun dari kondisi baru sebelum harus diganti. •
Brand Lokal
Pasar air sus di Tanah Air dianggap masih potensial. Makanya muncul air sus lokal berlabel Air Gen. “Produk yang sudah beredar, kebanyakan enggak bisa langsung fit dengan kendaraan jenis city car atau yang lebih kecil lagi, terutama produk Jepang,” ucap Indra.
Itu karena balon dari produk yang sudah beredar sekarang, hanya pas untuk kendaraan jenis medium sedan ke atas. Kekosongan untuk kebutuhan kendaraan kecil itu yang dianggap sebagai pasar potensial oleh bengkel Akasia, sebagai pemilik merek dagang Air Gen. Air Gen dipasarkan dengan banderol Rp 24 jutaan dan semua spare part, sudah sesuai dengan peruntukannya. Dengan garansi yang diberikan 1 tahun pemakaian. •
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR