Perjalanan yang memakan waktu lebih lama dibanding biasanya harus bisa dimaklumi dan disiasati agar tidak membuat letih
Jakarta - Bagi Anda yang hendak pergi berlibur bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan pribadi, harus memahami bahwa kondisi jalanan sedang mengalami situasi yang berbeda dibandingkan bulan lainnya.
Indikator yang paling mudah ditemui adalah kian bertambahnya waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menuju lokasi tujuan.
Hal demikian wajar terjadi mengingat banyak orang yang sedang mendapatkan waktu luang lebih panjang dibandingkan waktu diluar libur lebaran, sehingga momen ini dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mereka yang hendak bepergian.
Imbasnya, kepadatan lalu lintas akan semakin menjadi dan ada saja pengguna jalan yang tidak siap atau mengalami stres dengan kondisi ini.
“Mereka yang rentan stres biasanya tidak terbiasa bepergian saat situasi mudik. Mereka menganggap bahwa aktivitas mudik itu tidak menyenangkan atau ada yang potensial mengalami masalah mood dan pengelolaan emosi,” tutur Tiara Puspita Ningrum, M.Psi selaku psikolog dari Rumah Tiga Generasi, Jakarta.
Nah, karena waktu tempuh perjalanan yang dilalui akan semakin panjang, berikut ini ada beberapa hal yang bisa anda perhatikan. Yuk cermati satu-satu. (otomotifnet.com) / Tejja
Rencanakan Perjalanan
Untuk mendapatkan kenyamanan yang maksimal, memang harus sedikit berkorban pada awalnya.
Begitu pula saat hendak pergi berlibur lebaran, Anda harus luangkan waktu untuk memastikan segala sesuatunya berjalan mendekati harapan.
“Tentukan rute yang akan dilewati dan segala fasilitas penunjang yang tersedia di rute tersebut, seperti SPBU, restoran, juga tempat untuk beristirahat,” beber Sony Susmana, founder & Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI)
Jangan lupa juga untuk mempersiapkan berbagai hal kecil yang kerap diandalkan selama perjalanan.
Seperti menyiapkan uang receh untuk membayar tol dan parkir di tempat yang mudah terjangkau, juga kelengkapan hiburan seperti musik dan film agar penumpang tidak bosan.
Relaksasi Agar Tahan Lama
“Mengemudi yang optimal secara fisik hanya 2 jam saja, lebih dari itu harus diselingi dengan refreshment pada fisik pengemudi,” tutur Mira Keumala Safri, Sales & Marketing Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Caranya mudah saja, cukup berhenti di titik aman dan tinggalkan kendaraan sejenak untuk menghirup udara bebas sembari meregangkan otot-otot yang kaku. Penumpang pun wajib melakukan hal yang serupa, karena secara tidak langsung energi mereka juga sudah terkuras untuk bertahan pada kondisi stagnan dalam waktu yang cukup lama.
Waktu istirahat yang ideal adalah berkisar dari 15 sampai dengan 30 menit.
Jam Biologis jangan Dilawan
Soal waktu keberangkatan perjalanan, memang setiap orang memiliki preferensi tersendiri.
Ada yang senang berangkat di siang atau malam hari. Namun sesungguhnya Anda tidak bisa melupakan jam biologis yang dimiliki oleh tubuh.
“Ada dua waktu yang dinilai kritis bagi tubuh, yaitu siang sekitar pukul 12 hingga 3 sore dan malam mulai dari pukul 8 hingga 5 pagi,” tutur Mira yang juga instruktur di JDDC ini.
Waktu tersebut diyakini sebagai waktu istirahat oleh tubuh sehingga rasa kantuk kerap menghampiri.
Bila sedang dalam perjalanan, solusinya adalah dengan melakukan power nap atau ramai dikenal dengan istilah ‘tidur ayam’. Tidur yang dilakukan dalam tempo kurang dari 30 menit ini diyakini mampu mengembalikan kesadaran tubuh.
Namun bila telah mengemudi lebih dari 6 jam, lupakan hal tersebut dan carilah tempat istirahat yang layak untuk tidur lebih dalam.
Perjalanan tidak boleh terlalu dipaksakan karena akan menimbulkan efek lelah yang luar biasa, baik bagi pengemudi maupun penumpang.
Nikmati Perjalanannya
Yang paling penting dalam menyikapi waktu tempuh berlebih adalah menikmati perjalanannya.
Karena arus mudik pada umumnya memang memakan watu tempuh 2 kali lebih lama dibandingkan waktu di luar musim mudik.
“Bawalah perbekalan logistik yang cukup, lalu siapkan siapkan bantal dan kasur di mobil. Anggap kegiatan pergi liburan tahunan ini sebagai sarana rekreasi karena mereka berpergian bersama keluarga tercinta,” ujar Tiara Puspita yang mendalami ilmu psikologi klinis ini.
| Editor | : | Parwata |
KOMENTAR