Jakarta - Selama tinggal di negerinya sendiri, Hideyuki Oka, Deputy Director Sales & Marketing PT NGK Busi Indonesia tak pernah belajar bela diri. Hanya di Indonesia, dua tahun belakangan ini ia mempelajari ilmu bela diri Karate. Wah, kenapa ya?
“Dua tahun terakhir saya berlatih karate. Kenapa? Karena anak saya juga berlatih karate. Jadi saya mendampingi, karate bersama anak,” ujarnya sembari tersenyum.
Menurut Oka-san, hobi aslinya adalah golf dan bermain bersama anak. Itu sebabnya ia senang berlatih karate karena bisa bersama anaknya di saat libur.
Ia lantas mengungkapkan selalu senang mendampingi anaknya jika ada waktu. Maklum, sehari-hari pria asal Tokyo ini banyak disibukkan agenda kerja. Apalagi NGK memiliki target lebih tinggi untuk dicapai pada 2020 mendatang.
Brand perusahaan busi asal Jepang ini menguasai pasar aftermarket dibanding untuk pabrikan (OEM). Kisarannya mencapai 70 persen busi yang dibuat diserap pasar replacement baik mobil maupun motor. Lalu, berapa asumsi jumlah motor dalam perhitungan NGK? Menurutnya, ada sekitar 60 juta unit motor beredar di Tanah Air.
Artinya ada 60 juta unit yang selalu ganti busi. Meski begitu asumsi penggantian busi setahun dua kali. “Asumsinya, ada 60 juta motor dan setahun ganti dua kali. Jadi ada 120 juta,” ungkapnya.
Ditemui di GIIAS 2016 lalu di ICE BSD Serpong, Banten, ia merasa beruntung. Sebab selama pameran, booth NGK dapat memajang replika MotoGP milik tim Repsol Honda dan Movistar Yamaha MotoGP.
Kebetulan baik Yamaha Indonesia Motor Manufacturing maupun Astra Honda Motor tak menggunakan motor ini untuk display. “Beruntung. AHM dan Yamaha Indonesia enggak memakai motor ini. Jadi bisa pinjam,” ujarnya sambil terkekeh tentang motor MotoGP yang menarik pengunjung tersebut. (otomotifnet.com/Iday)
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR