Jakarta - Dalam sepekan ini jagad otomotif dikejutkan dengan diambilnya Mitsubishi Motor oleh konsorsium Renault-Nissan (20/10).
Beberapa waktu sebelumnya, kampiun otomotif Jepang yaitu Toyota dan Suzuki juga menjalin kolaborasi strategis.
Kini praktis tinggal Honda Motor Co. merupakan pabrikan Jepang yang masih melenggang sendirian dalam pengembangan produk serta desain.
Hal itu ditegaskan oleh sang CEO, Takahiro Hachigo, yang menyebutkan bahwa pihaknya untuk berkembang dengan skala industri yang sudah ada.
“Kami tidak punya niatan untuk, misalnya, menghasilkan sampai 10 juta unit kendaraan di seluruh dunia,” ujarnya merujuk pada proyeksi yang sudah disampaikan sejumlah pabrikan seperti Toyota, General Motors, Volkswagen, maupun Renault-Nissan.
Ditambahkan Hachigo-san, pihaknya masih berketetapan untuk memposisikan Honda yang mampu membuat kendaraan di kisaran jumlah 5 juta unit di seluruh dunia.
Orang nomor satu Honda sejak Juni tahun 2015 itu menjelaskan lagi bahwa ia tidak melihat keinginan untuk menambah volume bukan hanya sekadar berpegang pada soal penambahan kapasitas.
“Lewat berbagai upaya penguatan (desain dan teknologi) atas produk kami, maka itu juga akan berujung pada peningkatan volume,” yakin Takahiro Hachigo.
Honda memang bukan tidak pernah punya kerjasama strategis dengan pabrikan lain.
Pihak General Motors juga pernah dapat pasokan mesin V6 dari Honda untuk kebutuhan Isuzu di era ’90-an.
Lebih dari itu, Honda sejatinya juga masih membuka pintu untuk adanya kolaborasi dengan pihak lain.
“Selama kerjasama yang melibatkan teknologi itu bersifat win-win maka kami bakal menerima pinangan untuk aliansi, tetapi jika hanya berdasarkan soal bisnis itu bisa kami lakukan sendiri,” pungkasnya. (dari berbagai sumber)
Editor | : | erie |
KOMENTAR