Jakarta-Saat perjalan libur lebaran, suasana di jalana pasti lebih padat dari biasanya.
Kalau lebih padat besar kemungkinan muncul berbagai kelakuakn berkendara yang tak patut.
Celakanya, kalau ada pengendara lain yang kita anggap tidak benar berujung pula pada tersulutnya emosi.
Padahal, emosi di jalan raya enggak bakal menyelesaikan masalah.
Pangkal emosi umumnya dipicu kejadian yang bikin kesal.
Tanpa disadari, perasaan itu tercampur dengan ada masalah lain di benak individu yang marah.
Masalah seperti apa?
Kondisi fisik yang lelah karena kurang tidur selama liburan lebaran bisa jadi salah satunya.
Syaraf menjadi lebih tegang dan sangat mudah merespons emosional, ini banyak diistilahkan sebagai psikosomatik.
Emosi jiwa yang tinggi banyak disebut diyakini dapat mempengaruhi produktivitas kerja, dalam hal ini adalah mengemudikan kendaraan.
Teratur Jadi Malah Aneh
Lalu abagiaman cara mengatasinya?
Nyaris tak ada cara paling aman ketika dihadapkan pada pengemudi emosional kecuali mengalah.
Upayakan jangan terprovokasi.
Begitupun sebaliknya ketika Anda emosi, menjaga kesabaran adalah hal utama.
Memang jadinya ‘aneh’, karena pengendara lain yang tak beraturan sementara diri kita berdiam diri untuk jaga jarak.
Tapi kalau memang tujuannya berkendara dengan tetap menjaga keselamatan maka sikap sabar jelas bukanlah hal yang aneh.
Sumber: dr. Andri, SpKJ (Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Serpong, Tangerang).
Editor | : | erie |
KOMENTAR