JAKARTA-Pabrikan mobil lain diketahui sedang bergerak cepat mempersiapkan diri untuk memproduksi mobil hybrid bahkan listrik di Indonesia menyusul rencana pemerintahan Presiden Jokowi yang ingin Indonesia menggunakan lebih banyak kendaraan listrik di 2025.
Nama Daihatsu, sebagai pabrikan yang paling berpengaruh dalam hal produksi mobil di tanah air pun disebut-sebut dalam banyak perbincangan mengenai mobil hybrid dan sedan kecil bermesin hybrid yang disiapkan untuk dipakai berdua sama Toyota.
Lalu bagaimana tanggapan Daihatsu?
"Masa? Saya baru dengar," ujar Pradipto Sugondo, Executive Officer R&D PT Astra Daihatsu Motor saat dihubungi OTOMOTIFNET.COM (21/8).
"Dalam hal ini ADM enggak terlibat dan bukan wilayah ADM," lanjutnya.
Menurut Pradipto, meski ia berada di bagian Riset dan Pengembangan namun lebih ke model-model yang ditujukan untuk pasar domestik.
(BACA JUGA: Toyota dan Daihatsu Akan Kerjasama Bikin Mobil Hybrid Murah)
Soal mobil ramah lingkungan seperti hybrid atau listrik yang dapat memenuhi regulasi gas buang dan konsumsi bahan bakar, menurutnya Daihatsu mendukung rencana pemerintah.
“Sebisa mungkin berkontribusi. Tapi apakah bisa masuk? Saya belum bisa berkomentar apa-apa. Pokoknya kami mendukung," ujar Pradipto.
"Tapi apakah kita punya reputasi kuat di hybrid dan listrik? Sebaiknya tanyakan Toyota yang sudah punya Prius,” terangnya.
Melongok ke belakang, tahun lalu rencana proyek mobil berbasis teknologi hybrid diungkap Hiroyuki Fukui, President Director PT Toyota Astra Motor saat itu.
Menurutnya, proyek ini akan melibatkan melibatkan orang-orang ‘cabutan’ dari Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) dan Astra Daihatsu Motor (ADM), dua perusahaan pembuatan mobil.
Hal ini diungkapkan Hiroyuki Fukui, Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) di sela-sela Toyota Jamboree 2016 di Kota Kasablanka, Jaksel (21/10).
“Nantinya perusahaan baru ini akan kerja bareng. Research and development akan bekerjasama. Daripada melakukan pembiayaan untuk teknologi hybrid secara terpisah,” ucapnya pria yang juga menjabat sebagai CEO, Asia, Middle East & North Africa Region.,
Sedikit alasan yang diungkapkan Fukui yakni efisiensi dalam memproduksi mobil dengan konsumsi BBM yang rendah.
“Kami memiliki dua teknologi yang berbeda. Kami punya teknologi hybrid, Daihatsu punya kemampuan bagus bikin mobil kecil. Kenapa kami tidak mengkombinasikannya saja jadi lebih baik dan mudah,” terang pria yang masih memiliki satu jabatan lagi yakni President, Toyota Motor Asia Pacific Pte Ltd.
Menurutnya, perusahan baru nanti bukan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan. Melainkan memproduksi mobil yang mensupport negara-negara di Asia.
“Daihatsu punya ADM, Toyota punya TMMI. Tapi kami punya kemampuan masing-masing. Jadi kami bisa mengalokasikan (kemampuan) untuk saling mengisi kapasitas lebih efisien,” lanjutnya seraya bilang penjualan masih tetap dipegang ADM dan TAM.
Apakah nantinya akan memproduksi mobil hybrid untuk pasar Asia?
“Apapun yang datang kepada kami untuk merendahkan konsumsi bahan bakar, kami perlu mengaitkannya dengan teknologi. Saya pikir hybrid cukup kuat untuk bisa diwujudkan tapi saya enggak yakin. Bisa hybrid bisa electric vehicle,” terang Fukui.
Melihat Toyota kuat di hybrid apa mungkin masih mau mengembangkan mobil kecil berteknologi listrik?
“Electric vehicle tergantung pada pemerintah. Kalau ada charging station kami akan bikin,” ulasnya saat itu. (Otomotifnet.com)
Sumber: newsroom.toyota.co.jp
Editor | : |
KOMENTAR