Sedan bongsor ini mempunyai empat mode berkendara yang terdiri atas Eco Pro, Comfort, Sport, dan Adaptive.
Bagaimana rasa berkendara di setiap modenya?
Saat berjalan di mode comfort yang merupakan mode default-nya, aliran tenaganya terasa sangat halus.
Namun ketika gas diinjak lebih dalam, mobil langsung melesat dengan mudah tanpa ada entakan yang terasa.
Pindah ke mode Sport, mesin dan transmisinya jadi lebih responsif sehingga lebih mudah dan cepat untuk mencapai rpm tinggi.
Waktu kami berakselasi secara simultan, putaran mesin sempat menyentuh angka 4.000 rpm.
Padahal waktu itu kecepatan kami hanya 60 km/jam.
Masuk ke mode Eco Pro, tenaga yang disalurkannya masih terasa lebih dari cukup jika hanya sebatas untuk berjalan santai atau menyalip mobil lain.
Ini terasa istimewa karena mode Eco Pro sejatinya diset untuk mengejar efisisiensi sehingga kinerja mesin jadi lebih "kalem"
Lantas pada mode adaptive, komputer bisa mengatur sendiri mode berkendara yang paling pas dengan kondisi jalan dan gaya mengemudi kita.
Lantaran terbatasnya waktu dan lahan, maka kami Tak sempat merasakan seperti apa mode adaptive ini bekerja.
Setelah mencoba mengendarainya, kami berani bilang kalau BMW 730Li ini masih menyenangkan untuk dikemudikan sendiri meskipun perawakannya besar.
Ya, walau BMW 730Li ini sebenarnya lebih diorientasikan untuk memanjakan penumpang belakang, tapi ia tetap memiliki kenikmatan berkendara khas BMW.
BMW 730Li dijual seharga Rp 1,719 miliar (off the road) yang berarti, harga on the roadnya adalah sekitar Rp 1,9 miliar.
Buat para bos yang ingin mendapat sedan mewah yang komplit, BMW 730Li adalah pilihan yang sangat menarik untuk dipinang.
Sebab selain karena memiliki kelegaan dan kenyamanan kabin yang baik, BMW 730Li juga mempunyai keasyikan berkendara yang lebih unggul dari pesaingnya.
Yang tak kalah penting, BMW 730Li mempunyai harga yang "terjangkau" di kelasnya.
Editor | : | Parwata |
Sumber | : | OTOMOTIF |
KOMENTAR