Di F1, radio team digunakan sebagai salah satu strategi tim.
(BACA JUGA: Ulah Anak Klub, Enggak Sanggup Menghadapi Kenyataan, Ninja 250 Bergelimpangan)
Sementara di MotoGP, sifatnya hanya sebagai pemberi informasi saja.
"Kami hanya menawarkan informasi yang bisa menolong pembalap," tambah sang manajer.
Pada akhirnya pembalap yang menentukan apa yang akan dilakukannya.
Dengan modal sedikit informasi dari pitboard, pembalap harus bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.
"Di roda dua, ketika pembalap mendapat informasi dari pitboard, hasil ada padanya untuk menyerap informasi dan memutuskan apa pilihannya," kata Davide Brivio.
Davide Brivio menganggap bahwa akan ada intervensi tim jika MotoGP menggunakan radio team.
Biar begitu, dia tetap menilai ada beberapa kekurangan dari pitboard di MotoGP dibanding radio team di Formula 1.
Apalagi di Formula 1 dalam sekali balapan bisa tiga kali masuk pitstop untuk mengganti ban atau yang lain, tentu tidak mudah jika hanya menggunakan pitboard.
Berbeda dengan MotoGP yang hampir jarang sekali masuk paddock, kecuali ada hal yang luar biasa terjadi seperti tiba-tiba ada hujan atau sejenisnya.
Kesalahan sedikit saja dalam menggunakan pitstop bisa berdampak pada hasil balapan Formula 1, itulah mengapa radio team lebih digunakan di F1.
(BACA JUGA: Valentino Rossi Jadi Acuan Buat Riset Motor, Belajar Dari Musim Lalu)
Manajer tim LCR Honda MotoGP, Lucio Cecchinello juga memberi pendapat.
"Alasan kita tidak gunakan radio bukan hanya karena biaya, tetapi fakta bahwa hal itu bisa memberi gangguan yang berbahaya bagi pembalap," ungkap Cecchinello seperti dilansir MotoGP.com.
Manajer LCR Honda ini bilang bahwa akan berbahaya jika tiba-tiba tim meminta hal tertentu kepada pembalap di atas motor.
Sebagai pembanding sistem komunikasi MotoGP dengan F1 lebih seru mana, simak video pilihan komunikasi radio terbaik di F1 musim lalu berikut ini;
Editor | : | Joni Lono Mulia |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR