(BACA JUGA: Ojek Online Mulai Disalahgunakan, Kamuflase Kurir Sabu, Petugas Tak Bisa Dikelabui)
"Waktu itu saya belanja makanan di Pondok Indah Mall seharga 356 ribu. Pemesannya orang Korea. Dia menganggap saya terlalu lama dan paper bag tempat makannya basah, dia engga mau bayar," kenangnya.
Meski demikian, pengalaman manisnya pun tak kalah banyaknya yang membuat ia ingin bertahan di pekerjaannya.
"Pengalaman manisnya banyak. Kita driver seneng jika melebihi ekspektasi orang. Atau sekedar mereka enggak rewel, memaklumi sudah seneng. Apalagi dikasih tip mungkin enggak banyak tapi merasa dihargai lebih," ujarnya.
Eni merasa dirinya mengalami perubahan diri semenjak bergelut mengurut pedal gas motornya di jalanan.
"Secara ekonomi pasti terbantu, secara relasi hubungan juga. Kalau dulu apa-apa dipendam sendiri. Segala stress begitu narik hilang. Saya kalau di rumah penat ketika mau narik lepas semua," terangnya.
(BACA JUGA: Siapa Bisa Nolak? Ayana Selebgram Cantik Asal Korea Jadi Driver Ojek Online, Gayanya Bikin Gemes)
Ia pun setiap hari tak pernah letih untuk menerima setiap penumpang demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Saya istilahnya setiap hari kejar setoran. Sehari 300 lah di tangan. Tapi ya enggak setiap hari juga segitu. Anak saya ada tiga, mereka masih bersekolah. Sedangkan suami saya bekerja di sebuah hotel sebagai housekeeper jadi saya turut membantu mencukupi keluarga saya. Penghasilan kami cukup untuk mereka," tandasnya seraya tersenyum.
Editor | : | Indra Aditya |
Sumber | : | Tribun Jakarta |
KOMENTAR