Otomotifnet.com - Tugas busi adalah menghasilkan percikan listrik di ruang bakar.
“Bukan api loh, tapi percikan listrik,” tukas Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.
Kerja busi ini, lanjut Diko, akan terjaga kemampuannya bila 3 elemen terpenuhi.
Tiga elemen yang dimaksud yaitu pencampuran bahan bakar dengan udara terjadi secara ideal (good air fuel mixture), timing kerja busi dalam menghasilkan kualitas percikan listrik berlangsung tepat (good spark), serta ruang bakar dalam kondisi sehat (kompresi baik).
Baca Juga: Busi Ada Panas Dan Dingin, Dibedakan Lewat Kode, Ada Cara Bacanya!
Dengan kata lain, bila 3 elemen tadi terpenuhi, akan menghasilkan pembakaran yang optimal (good combusition).
Sehingga performa mesin bakal berada dalam kondisi puncaknya.
Sebaliknya, bila ada salah satu saja elemen yang tidak terpenuhi, bisa dipastikan performa mesin akan drop.
Nah, dalam kondisi semua elemen tadi normal, pemakaian busi itu ada umur pakai efektifnya.
Kalau Anda masih menyimpan buku service manual mobil Anda, di sana sangat jelas tertera kapan kita dianjurkan untuk ganti busi.
Contohnya pada kebanyakan low MPV kayak Suzuki Ertiga, Toyota Avanza – Daihatsu Xenia, Honda Mobilio dan sebagainya, rata-rata dianjurkan mengganti busi setiap 20.000 km, atau setiap dua kali servis rutin (ganti oli dan sebagainya).
Masa penggantian tersebut untuk busi berbahan nickel atau yang tanpa menggunakan logam mulia.
“Tentunya itu berdasarkan riset APM yang bersangkutan, bahwa jarak pemakaian kendaraan segitu lah kinerja mesin masih berada dalam kondisi optimal. Lebih dari itu, akan terjadi penurunan performa,” terang Diko.
Tapi, bila sebelum jarak tempuh tersebut didapati elektroda busi mengalami korosi atau ‘termakan’, “Sangat dianjurkan busi segera diganti,” wanti Diko.
“Parameter penggantian kalau dari NGK ada dua, yaitu pertama jarak pemakaian, kedua tingkat kerusakan elektroda. Tinggal dilihat mana yang tercapai duluan,” jelasnya lagi.
Berbeda bila Anda menggunakan busi dengan material logam mulia seperti platinum atau iridium.
Bahkan pada beberapa merek, ada pula yang menggunakan material perak dan emas.
“Umumnya masa pakai busi bermaterial logam mulia, lebih lama dari yang non logam mulia,” cuap Diko saat ditemui di markas NGK Busi Indonesia di Ciracas, Jakarta Timur.
“Untuk produk NGK yang logam mulia tunggal, sengaja kami tidak cantumkan masa pakainya, karena hasilnya bervariasi,” tuturnya lagi.
“Sebab tingkat kerusakan elektrodanya bisa saja sama dengan busi biasa, atau lebih lama, sedangkan yang logam mulia ganda bisa sampai 100.000 kilometer,” tutupnya.
Nah, jadi kesimpulannya jangan hanya terpaku pada jarak tempuh saja, kondisi busi sebaiknya juga dicek setiap kali servis rutin.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR