Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Premium dan Pertalite Akan Dihapus, Wakil Ketua Komisi VII Setuju, Ini Alasannya

Ignatius Ferdian - Rabu, 2 September 2020 | 20:25 WIB
Ilustrasi Isi BBM di SPBU Pertamina
GridOto.com/Rianto Prasetyo
Ilustrasi Isi BBM di SPBU Pertamina

Otomotifnet.com - Sedang ramai kabar PT Pertamina akan menghapus BBM beroktan rendah di bawah 91 dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI (31/8/2020).

Dua produk Pertamina yang akan dihapus peredarannya yakni Premium RON 88 dan Pertalite RON 90.

Dalam RDP tersebut Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, saat ini pihaknya melakukan peninjauan sebagai upaya perusahaan dalam mendukung rencana pemerintah untuk menekan emisi gas rumah kaca.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno pun mengaku sepakat dengan rencana Pertamina menghapus BBM dengan oktan (RON) rendah.

Baca Juga: Konsumsi BBM Pertamina Berangsur Normal, Tercatat 23.808 Kilo Liter

"Pada prinsipnya kami sepakat untuk penghapusan secara bertahap Premium dan Pertalite dari pasaran" ujar Eddy Soeparno (2/9/2020).

"Karena memang kalau dilihat di seluruh dunia yang menggunakan BBM yang kadarnya di bawah RON 91 itu tidak banyak," sambungnya.

"Indonesia termasuk di antaranya, ada Mongolia, ada Uzbekistan, ada Bangladesh," sebut Eddy.

Ia menjelaskan, mengontrol kualitas lingkungan seperti polusi udara merupakan bentuk tanggung jawab semua pihak, khususnya para pengguna kendaraan bermotor.

Baca Juga: BBM Langka di NTT, Premium dan Pertalite Tembus Rp 50 Ribu Per Botol!

Dengan menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan, semua orang bisa merasakan kualitas udara yang lebih bersih.

"Kami merasa mengontrol kualitas lingkungan hidup khususnya penanganan polusi udara itu bentuk tanggung jawab kita semua, terutama para pengguna kendaraan bermotor kepada saudara-saudara kita yang berhak untuk menghirup udara yang lebih bersih," kata politikus PAN tersebut.

Oleh karena itu, ia meminta Pertamina memberlakukan masa transisi dan sosialisasi yang memadai, terkait peralihan Premium dan Pertalite ke BBM yang lebih ramah lingkungan agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

"Jadi tanpa ada riak dan gejolak yang tinggi. Kami yakin masyarakat Indonesia pun peduli pada kualitas lingkungan hidup, sehingga berani membayar BBM dengan harga yang di atas Premium dan Pertalite sepanjang dikomunikasikan dengan baik," pungkasnya.

Baca Juga: Gandeng Kemendagri, Ribuan Pertashop Akan Dibangun Pertamina di Pelosok Desa

 

Tapi rencana ini perlu ditinjau kembali karena porsi konsumsi dua jenis BBM tersebut paling besar di antara enam jenis BBM yang dijual perusahaan.

Pada 22 Agustus 2020, penjualan Premium mencapai 24 ribu kiloliter (KL) dan Pertalite 51,5 ribu KL.

Sedangkan untuk penjualan BBM dengan RON di atas 91, yaitu Pertamax (92) hanya sebesar 10 ribu KL dan Pertamax Turbo (98) hanya 700 KL.

"Maka, ini perlu dikaji lagi dampaknya bagaimana. Kami juga dorong supaya konsumsi orang yang mampu beralih ke BBM yang ramah lingkungan," ujar Nicke.

Baca Juga: Pertalite Dan Premium Siap Ditiadakan, Pertamina Beberkan Alasannya

Nicke menambahkan, di kawasan Asia saat ini yang masih mengonsumsi BBM setara Premium hanya Indonesia dan Bangladesh.

Sementara, di level dunia ada lima negara lain, yakni Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, dan Uzbekistan.

Sumber: https://www.tribunnews.com/bisnis/2020/09/02/pimpinan-komisi-vii-sepakat-premium-pertalite-dihapus-apa-alasannya?page=all

Editor : Panji Nugraha

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa