"Dilihat dari harga, motor listrik masih bisa dijangkau oleh masyarakat menengah-bawah, sedangkan mobil elektrifikasi masih di segmen menengah atas, bahkan hanya segmen atas,"
"Sehingga tidak bisa dibeli oleh semua kalangan. Berbeda kalau sudah ada mobil listrik sejuta umat dengan harga terjangkau dan 7 penumpang," ucap Riyanto, dalam diskusi virtual garapan Forum Wartawan Industri dan Forum Wartawan Otomotif, Kamis (26/11/2020).
Selain dari harga, pengecasan motor listrik juga tidak memerlukan daya yang besar, sehingga masih bisa diisi ulang di rumah, sedangkan mobil listrik perlu daya besar.
"Untuk yang menggunakan dengan intensitas tinggi seperti dipakai ojek online, baru perlu SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) atau sediakan sistem battery swap,"
Baca Juga: Mobil Listrik Wajib Uji Tipe Sebelum Dijual, Ada 5 Pengetesan, Simak Rinciannya
"Sehingga motor listrik lebih bisa diserap masyarakat. Tinggal kasih insentif sedikit sehingga lebih kompetitif terhadap motor konvensional," paparnya.
Riyanto juga memberi saran agar motor listrik bisa makin terjangkau oleh masyarakat, bahkan harganya bisa kompetitif dengan motor bakar.
Ia memberi saran bila baterai motor tidak perlu termasuk saat pembelian motor, sehingga harga motor bisa lebih murah. Sedangkan baterainya sewa dari pihak swasta, sehingga saat baterai habis tinggal swap di kios penukaran baterai.
"Namun harga sewanya juga harus dipertimbangkan, jangan lebih dari Rp 200 ribu per bulan. Kalau untuk motor itu dirasa berat," cerita Ariyanto, yang juga menambahkan skema swap Gorogoro di Taiwan sangat menarik untuk ditiru.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR