Otomotifnet.com – Sampai saat ini masih banyak pemilik mobil bermesin turbo bensin yang ngisi bahan bakar mobilnya tersebut pakai bahan bakar subsidi, atau yang nilai oktannya di bawah RON 92.
Dengan alasan biar lebih hemat pengeluaran, tapi ada juga yang menganggap karena rasio kompresi mesin mobilnya itu tidak tinggi.
Memang sih mesin mobil dengan turbo dirancang punya kompresi lebih rendah dibandingkan tanpa turbo alias N/A (Naturally Aspirated).
Contoh mobil terbaru Toyota-Daihatsu bermesin 1.000 cc turbo dengan kode 1KR-VET, rasio kompresinya hanya 9,5 : 1.
Begitu juga pada Wuling Cortez CT dan Almaz. Sementara untuk Honda Civic Turbo sedikit lebih tinggi, yakni 10,5 : 1.
Baca Juga: Begini Cara Cegah Akselerasi Mobil Matic Konvesional Ngelag!
Namun meski lebih rendah, namun mobil dengan turbo ‘haram’ loh minum bahan bakar oktan rendah.
“Karena mesin turbo akan mengalami peningkatan kompresi saat mendapat semburan udara dari turbo. Pressure udara dari perangkat turbo ke ruang bakar, otomatis meningkat cukup jauh,” jelas Ovi Sarjan yang merupakan tuner engine handal di KS Nusa Motorsport.
Ovi kembali menerangkan, misalkan sebelumnya rasio kompresinya 8,5:1, “Saat dapat boost (udara yang didorong ke ruang bakar) dari turbo sekitar 1 bar, kompresinya bisa melonjak jadi sekitar 12:1,” tambahnya.
Danang Wiratmoko, selaku Product Planning Wuling Motors Indonesia ikut menjelaskan, “Pada mesin N/A, kompresi yang dihasilkan hanya dari rasio kompresi piston. Kompresinya akan stabil seterusnya di angka tersebut.”
Sedangkan mesin dengan asupan turbo, lanjut Danang, dapat boost pressure yang disemburkan turbo.
“Efeknya akan membuat total tekanan atau kompresi di ruang bakar lebih tinggi dari mesin N/A,” ujarnya.
Di sini bisa digambarkan, walau kompresi yang tertera di spesifikasi lebih rendah, mesin dengan asupan turbo akan memiliki total kompresi lebih tinggi dari mesin N/A.
“Makanya sangat tidak disarankan mesin turbo pakai bahan bakar dengan RON rendah, karena otomatis mesin akan mengalami detonasi (ngelitik) saat akselerasi, atau ketika mendapat boost turbo. Soalnya kompresi pasti meningkat dari kondisi normal,” ucap Edi Haryadi, GM After & Sales Honda Megatama Group.
Baca Juga: Mobil Bermesin Turbo Perlu Perhatian Khusus, Terutama Soal Pelumas
RON atau kepanjangan dari Research Octane Number, merupakan angka untuk mengukur seberapa besar bahan bakar menerima tekanan.
Semakin tinggi angka oktannya, maka akan semakin sulit bahan bakar itu terbakar.
“Dengan kompresi tinggi, bahan bakar akan mudah terbakar, itu lah kenapa terjadi detonasi atau knocking (ngelitik) pada mesin,” tukas Ovi.
Tekanan tinggi pada mesin kata Ovi akan menghasilkan panas, sehingga membuat bahan bakar terbakar sebelum busi memercik.
“Itu kenapa mesin turbo tidak boleh menggunakan bahan bakar dengan RON rendah. Efek dari detonasi tersebut akan merusak material mesin,” ucap Ovi.
Nah, buat yang sudah pada pakai mesin mobil pakai turbo, sebaiknya jangan lagi deh beli bahan bakar dengan RON 90.
“Untuk mesin turbo pada Wuling, bahan bakar yang direkomendasi paling minimum adalah RON 92. Di bawah itu pembakaran pasti tidak akan sempurna,” tutup Danang.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR