Otomotifnet.com - Fakta bus maut di Bukit Bego, Bantul, Yogyakarta bikin terkejut.
Hal ini diungkap Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
PLT Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan menuturkan, pihaknya telah melakukan analisis penyebab kecelakaan yang menewaskan 13 orang tersebut.
Data yang ia himpun dari kondisi bus, pengecekan jalan, termasuk mencari keterangan berbagai pihak.
Dalam pemeriksaan, secara umum bus masih dalam kondisi yang layak.
Ban masih dalam keadaan bagus karena tidak gundul serta rem tromol masih standar.
Secara umum, bus masih layak melintas di jalan menanjak dan menurun.
"Bus itu dalam keadaan bagus. Tidak bermasalah sebenarnya dari sisi teknis," ujarnya
Ahmad menjelaskan, kecelakaan tersebut lebih karena human error dari pengemudi bus.
Menurutnya, pada kondisi jalan menurun terjadi gaya gravitasi yang semakin besar.
Membuktikannya, pihaknya sampai meminta Kepala Dishub DIY dan Bantul ikut ujicoba menggunakan Ford Ranger milik KNKT.
Mereka mencoba menggunakan Ford Ranger untuk melewati jalan menurun Dlingo-Imogiri.
"Tadi saya perintahkan sopir untuk menggunakan gigi (persneling) 2 tanpa mengerem dan ngegas," bebernya.
"Sesuai analisa kami, ternyata semakin cepat," ungkapnya.
Dalam pengujian tersebut, Ford Ranger KNKT meluncur kencang, bahkan mencapai kecepatan 70 km/jam.
Itu karena gaya gravitasi bumi yang membuat mobil melaju makin kencang di jarak 500 meter jelang TKP kecelakaan.
"Itu kemarin pengemudi (bus) menggunakan gigi tiga," sebut Ahmad.
"Kita pakai gigi 2 saja tanpa rem tanpa ngegas kecepatannya bisa segitu," terangnya.
"Apalagi kemarin pakai gigi 3, (sopir bus) terus memaksa melakukan pengereman berkali-kali," urainya.
Menurutnya, ketika bobot kendaraan makin besar maka gaya gravitasi juga semakin besar.
Terlebih dari keterangan saksi, saat itu sopir menggunakan gigi perseneling 3.
Sopir bus juga dikatakan melakukan pengereman berkali-kali.
Alhasil angin di tabung makin berkurang hingga akhirnya ngeblong.
"Nah saat turun itu dia tidak banyak kesempatan mengisi, dia hanya membuang (angin) terus," katanya.
Saat tekanan angin kurang dari 6 bar, lanjutnya, sopir hanya merasakan remnya tak berfungsi.
Meski pengemudi menginjak rem dan masih terdengar mengeluarkan angin, tetapi secara teknis bus tersebut tidak melakukan pengereman atau kehilangan tenaga untuk pengereman.
Baca Juga: KNKT Ungkap Fakta tragedi Bus Pariwisata Maut di Imogiri, Tak Ada Jejak Rem
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR