Tak tanggung-tanggung, total uang yang ia dapatkan mencapai 3 digit atau ratusan juta rupiah untuk 21 hari kerja.
"Saya dibayar MGPA dan ITDC. Bayaran saya itu tiga digit untuk 21 hari," beber Rara.
Untuk cara kerjanya sendiri, Rara melakukan ritual dengan sesajen di sekitarnya.
Sesajen itu berisi buah-buahan dan kembang.
Rara juga membawa mangkuk sambil menengadah ke langit.
Rara sendiri menyadari tak semua orang akan percaya dengan profesinya.
Ia pun mengomentari potensi tudingan miring yang bisa dilayangkan kepada seorang pawang hujan.
"Kalau Rara dibilang menentang takdir karena seharusnya cerah dan hujan kok digeser-geser, saya sebagai orang indigo merasa kelahiran saya suatu kebaikan," tuturnya.
"Saya berharap dengan kebaikan Tuhan kepada saya, saya bisa mengobrol dengan awan, tanah, air, dan udara, dan kini saya berusaha membantu PP, ITDC, Pertamina," ucapnya.
"Semua warga Indonesia, kita harus bangga punya sirkuit yang cantik seperti Mandalika," katanya.
Rara juga mengaku senantiasa bekerja sama dengan pihak BMKG dan Hadi Tjahjanto selaku Komandan Lapangan Mandalika untuk melakukan modifikasi cuaca ini.
"Sudah telepon dengan Pak Hadi, arahnya (modifikasi cuaca) mau ke mana. Saya bilang, 'Kalau mau garamin, ke sisi barat karena mereka bisa garamin di mana saja'," ujarnya sembari berharap hari balapan pada Minggu akan berlangsung dalam kondisi sejuk dengan hujan ringan pada pagi hari.
"Kesempurnaan hanya milik Allah, kami ikhtiar alternatif. Selama saya di sini, banjir terhindari. Saya mengumpulkan doa dan harapan dari para pekerja, doa, dan harapan, serta menjadi tim support bagi semua," tuturnya.
"Intinya, saya pelayan buat semua, pelayan bagi Indonesia, pelayan Lombok. (Para penonton) hadir, bahagia, menonton."
"Nyaman pebalapnya, penontonnya nyaman. Saya sebagai pramugari event, tim doa pawang hujan akan berusaha yang terbaik," tutur Rara.
Baca Juga: Penonton VIP Boleh Ngiri, Pemandangan Dari Bukit Ini Ngalahin Bayar Mahal Di Sirkuit Mandalika
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR