Otomotifnet.com - Assalamu ‘alaikum, salam Om. Mau bertanya Om, apakah rekomended saya membeli mobil Toyota Crown Royal Saloon tahun 1990, dimana kehidupan saya pas-pasan Om.
Terus kalau mengenai perawatannya Om, apakah sesulit orang orang bicarakan di luar sana om?
Selanjutnya om, masalah-masalah yang rentan dihadapi kalau melihara Toyota Crown apa om?
Terakhir Om, apakah sparepart untuk Toyota Crown masih banyak di pasar-pasar otomotif Indonesia om?
Makasih banyak sebelumnya Om.
Official Kampoeng Traveling, via email
Wa’alaikum salam wr.wb! Hai bro Official Kampoeng Traveling.
Soal niat Anda membeli Toyota Crown Royal Saloon, boleh-boleh saja kok.
Toh meski mobil keluaran tahun tua, style-nya terlihat masih keren dan mewah, karena di zamannya memang sedan ini termasuk kasta premium.
Tidak sedikit loh penggemar mobil jadul yang “pelihara” sedan keluaran Toyota ini.
Soal perawatannya, kami rasa tidak jauh berbeda dengan mobil-mobil lain pada umumnya.
Seperti lakukan penggantian oli mesin dan transmisi secara berkala dan tepat waktu, terus rutin lakukan tune up agar performa mesin tetap fit.
Jangan lupa juga cek kondisi kaki-kakinya apakah masih sehat atau ada komponen yang mesti diganti.
Kemudian pastikan juga sistem pendinginan mesin tidak ada masalah dan sebagainya.
Lalu soal kemungkinan adanya kendala pada mobil ini, ya namanya mobil tua dan jam terbangnya sudah tinggi, bukan tidak mungkin sudah ada komponen yang “capek” dan mesti diganti.
Misalnya di bagian kaki-kaki dan sistem steering, seperti sokbreaker, as roda, bushing arm, power steering dan sebagainya.
Tapi usah khawatir, karena masih bisa direparasi kok, dan spare partnya juga masih cukup tersedia, walaupun memang tidak sebanyak mobil-mobil sekarang.
Asalkan Anda mau rajin mencarinya di sentra-sentra onderdil yang ada, atau bisa juga cari info lewat komunitas mobil tua.
Bagi Anda yang juga punya pertanyaan seputar masalah mobil, silahkan kirim pertanyaan ke email konsultasi.r4@gmail.com. Maka akan dijawab di rubrik Konsultasi OTOMOTIF.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR