Coba deh kita berhitung, misalnya dalam 1 tahun mobil listriknya digunakan rata-rata 20.000 km, artinya baterainya masih bisa optimal dipakai selama 34,5 tahun.
Atau jika pemakaian mobilnya per tahun 50.000 km, maka baterainya bisa tetap optimal selama 13,8 tahun. Waahh lama juga ya.
Makanya Andry menegaskan bahwa pengguna mobil listrik keluaran Citroen tidak perlu merasa khawatir dengan ketahanan baterainya.
“Kami juga telah melakukan road test pada 2 unit e-C3 sejauh 50.369 km dengan berbagai kondisi jalan selama 4 bulan setiap hari, yaitu dari Juni sampai September 2023 kemarin,” paparnya.
Baca Juga: Citroen Indonesia Targetkan 22 Outlet Tahun Ini, Bahkan Sudah Dirikan Parts Center
Padahal, lanjutnya, baterai kedua unit e-C3 tersebut dipakai hampir 24 jam setiap harinya.
“Kenapa saya bilang begitu (pemakaian baterai hampir 24 jam). Di siang hari (mobil) dipakai jalan, lalu ketika kosong daya baterainya kita isi pakai DC fast charging. Lalu di malam hari ketika driver istirahat, kita isi lagi dengan AC charging,” tambah Andry.
Jadi selama 4 bulan tersebut kata Andry baterai kedua e-C3 itu sudah disiksa sedemikian rupa.
“Dan kami mendapatkan hasil tidak satu pun terjadi technical problem,” pungkasnya.
Oiya sekadar info, Citroen e-C3 All Electric ini menggunakan baterai jenis Lithium-ion berdaya 29,2 kWh.
Sementara motor listriknya berdaya 43 kW atau setara 57 dk, dengan torsi maksimum 143 Nm.
Nah, dalam kondisi baterainya terisi penuh, city car EV Citroen yang dijual mulai Rp 377 juta OTR Jakarta ini diklaim mampu menempuh jarak hingga 320 kilometer.
Itu berdasarkan metode pengetesan Modified Indian Drive Cycle (MIDC).
Wahh.. pengguna mobil listrik Citroen e-C3 sekarang bisa tidur nyenyak nih! Gak pusing lagi mikirin daya tahan baterainya.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR