Otomotifnet.com - Bahan Bakar Minyak (BBM) berkadar sulfur tinggi, atau disebut BBM busuk oleh KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), seharusnya sudah mulai ditinggalkan.
Mestinya sudah saatnya ucapkan selamat tinggal pada BBM bersulfur tinggi. Lantaran mobil produksi Indonesia, sudah menerapkan standar emisi gas buang Euro 4.
Alhasil mayoritas kendaraan yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia seharusnya sudah tidak lagi menenggak BBM rendah sulfur.
Selain itu, memang produksi kendaraan yang berorientasi old technology sudah tidak kompetitif di pasar global. Lantaran adanya pengendalian emisi gas buang.
Sehingga jika tetap pakai teknologi lawas, maka mobil-mobil produksi Indonesia bakal kalah bertarung dalam international trading, yang menggunakan isu emisi sebagai trade barrier.
Hal ini diungkap oleh Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB. Ia mengatakan, kendaraan bermesin bakar dengan basis teknologi lawas membebani monetary system.
Bahkan Ia menilai, bisa berdampak pada defisit neraca perdagangan selama bertahun-tahun.
Mau tak mau, industri otomotif Indonesia sudah lebih dahulu berinisiatif dan menerapkan standar emisi Euro 4. Sayangnya, belum diimbangi oleh kualitas BBM yang tersedia di Indonesia.
Baca Juga: Pertamax Green 92 Siap Gantikan Pertalite, Apa Bedanya dengan Pertamax Biasa?
“Pasokan BBM nasional yang tidak mencukupi untuk kebutuhan BBM kendaraan bermotor mengharuskan kita import bensin hingga 17 juta KL/tahun dan solar 5 juta KL (2020),”
Editor | : | Panji Maulana |
KOMENTAR