Jakarta - Melihat tampangnya, sosok Triumph Bonneville dan Truxthon memang cocok bagi penggemar motor bertampilan klasik. Namun bukan hanya tampang eksterior lho. Beberapa teknologi mesin 2-silinder yang diusung produk tersebut juga lawas lho.
Seperti disampaikan Yudi Yulianto, After Sales and Technical Manager PT Triumph Motor Indonesia (TMI). "Mesin Bonneville dan Truxthon masih mengusung beberapa warisan teknologi yang tetap dipertahankan dan dipadukan dengan teknologi masa kini," ungkapnya saat ditemui Kamis (21/8).
Salah satunya sistem pendingin mesin yang masih mengandalkan udara. "Tapi nggak perlu takut kaki kepanasan saat dipakai turing. Karena insinyur Triumph sudah memperhitungkan kondisi tersebut."
Menurutnya pendinginan mesin dapat optimal dari desain twin silinder paralel transverse. "Jadi kedua silinder mendapat hembusan udara dingin yang merata. Ini berbeda dari desain mesin V-Twin. Dimana hanya silinder bagian depan yang pendinginannya optimal. Selain itu, mesin kami juga memiliki sistem oil cooler."
Selain sistem pendingin, handle kopling mesin yang dikembangkan sejak 1937 ini juga masih memakai sistem kabel. Bukan mengandalkan kopling hidrolik seperti moge-moge modern saat ini.
"Buat Triumph, hadirnya teknologi baru tidak harus serta merta menghilangkan ciri khas dari mesin terdahulu. Dan kopling dengan tuas kabel adalah salah satu yang dipertahankan. Tentu, insinyur kami bukan sekedar mempertahankan sistem tersebut tanpa memperhatikan kenyamanan konsumen. Untuk itu, Triumph memakai komponen yang bergesekan rendah. Jadi tuas kopling juga tetap ringan," urainya panjang.
Yang paling menarik dan sempat menjadi perdebatan adalah piranti pengabut bahan bakarnya yang sudah injeksi, namun bertampang karburator.
"Nah, ini yang unik dari Triumph, yakni meski sudah mengusung teknologi modern seperti injeksi, tapi detail tampilan lawas tetap ada. Kalau dilihat dari bentuknya, throttle body dari Keihin tersebut mirip karbu lengkap dengan mangkuk pelampung dan tuas choke. Tapi jangan terkecoh, motor ini sudah injeksi dan punya ECU kok. Bahkan sudah pakai O2 sensor," kelakarnya. (motor.otomotifnet.com)
Seperti disampaikan Yudi Yulianto, After Sales and Technical Manager PT Triumph Motor Indonesia (TMI). "Mesin Bonneville dan Truxthon masih mengusung beberapa warisan teknologi yang tetap dipertahankan dan dipadukan dengan teknologi masa kini," ungkapnya saat ditemui Kamis (21/8).
Salah satunya sistem pendingin mesin yang masih mengandalkan udara. "Tapi nggak perlu takut kaki kepanasan saat dipakai turing. Karena insinyur Triumph sudah memperhitungkan kondisi tersebut."
Menurutnya pendinginan mesin dapat optimal dari desain twin silinder paralel transverse. "Jadi kedua silinder mendapat hembusan udara dingin yang merata. Ini berbeda dari desain mesin V-Twin. Dimana hanya silinder bagian depan yang pendinginannya optimal. Selain itu, mesin kami juga memiliki sistem oil cooler."
Selain sistem pendingin, handle kopling mesin yang dikembangkan sejak 1937 ini juga masih memakai sistem kabel. Bukan mengandalkan kopling hidrolik seperti moge-moge modern saat ini.
"Buat Triumph, hadirnya teknologi baru tidak harus serta merta menghilangkan ciri khas dari mesin terdahulu. Dan kopling dengan tuas kabel adalah salah satu yang dipertahankan. Tentu, insinyur kami bukan sekedar mempertahankan sistem tersebut tanpa memperhatikan kenyamanan konsumen. Untuk itu, Triumph memakai komponen yang bergesekan rendah. Jadi tuas kopling juga tetap ringan," urainya panjang.
Yang paling menarik dan sempat menjadi perdebatan adalah piranti pengabut bahan bakarnya yang sudah injeksi, namun bertampang karburator.
"Nah, ini yang unik dari Triumph, yakni meski sudah mengusung teknologi modern seperti injeksi, tapi detail tampilan lawas tetap ada. Kalau dilihat dari bentuknya, throttle body dari Keihin tersebut mirip karbu lengkap dengan mangkuk pelampung dan tuas choke. Tapi jangan terkecoh, motor ini sudah injeksi dan punya ECU kok. Bahkan sudah pakai O2 sensor," kelakarnya. (motor.otomotifnet.com)