Proses ngetes menggunakan dino
MOTOR Plus sudah menguji motor injeksi dengan pasang kem racing dan pasang piggy back. Ini kali coba juga pasang knalpot racing. Guna melihat power yang dihasilkan.
Masih menggunakan Honda Supra X125. Pengujian dilakukan menggunakan mesin Dynojet 250i milik Aero Speed di Jl. H. Nawi Raya No. 74, Jakarta Selatan. Telepon (021) 7201190.
Tim mencoba menggabungkan penggunaan kem racing Faito, piggy back TDR dan knalpot racing Kawahara. Namun dengan perbedaan variabel tempat dan kondisi motor dari tes sebelumnya. Menguji satu persatu part agar mendapat angka yang jelas dan bisa dipahami.
Tes pertama, dilakukan dengan hanya menggunakan piggy back TDR. Komponen lain serba standar. Setelah tes di atas dino, melihat dulu grafik AFR (Air Fuel Ratio). Grafik AFR menyatakan komposisi campuran bensin dan udara.
Kondisi ideal dan pembakaran sempurna, AFR harusnya 1 : 14,7. Artinya 1 molekul bensin dan 14,7 molekul udara. Tidak kelebihan bensin ataupun udara. Pembakaran tanpa kerak dan tidak mudah overheat yang menyebabkan macet.
Namun kebanyakan mekanik balap, paling aman dibikin 13 : 1. Supaya mesin tidak mudah panas. Dari hasil pengetesan, sebelum seting piggy back, kondisi campuran berada di 13 : 1. Bisa diterjemahkan campuran terlalu miskin bensin.
Grafik hasil tes
Sehingga dilakukan penyetingan ulang dengan cara memutar tunner piggy back ke arah kanan, agar bahan bakar ideal. Setelah didapat kondisi ideal, kembali dites. Power yang didapat 7,98 HP dan torsi 7.18 ft.lbs.
Tes kedua, part yang digunakan yaitu kem racing Faito dan piggy back TDR. Ketika running, mesin nampak kehausan, terlihat dari grafik yang menunjukan grafik AFR di atas 13 : 1, sehingga seting ulang piggy back agar didapat AFR ideal.
Setelah AFR dirasa ideal, motor kembali didino. Grafik di monitor menunjukan kenaikan power sebesar 1,12 HP, tapi torsi mengalami penurunan sebesar 0,59 ft.lbs. Jadi, power max didapat sekitar 9,10 HP dan torsi max 6,59 ft.lbs.
Dengan kenaikan ini, tim sudah puas? Tentu tidak, karena masih 1 part lagi yang belum diaplikasi, yaitu knalpot. Kejadian sama terjadi, pasang knalpot pasokan bahan bakar kurang. Penyetingan piggy back pun dilakukan. Ketika dites di atas dino, grafik power max mengalami kenaikan sebesar 0,90 HP, torsi max mengalami penurunan 0,02 ft.lbs.
So, penggunaan kem racing, piggy back dan knalpot, power max yang didapat 10,00 HP dan torsi sebesar 6,57 ft.lbs. “Tapi, semua akan kedodoran tanpa aplikasi piggy back. Setiap penggantian komponen harus diseting pakai piggy back,” tutup Mohamad Yuda alias Godel sang oprator dino. Wow. (motorplus-online.com)
Masih menggunakan Honda Supra X125. Pengujian dilakukan menggunakan mesin Dynojet 250i milik Aero Speed di Jl. H. Nawi Raya No. 74, Jakarta Selatan. Telepon (021) 7201190.
Tim mencoba menggabungkan penggunaan kem racing Faito, piggy back TDR dan knalpot racing Kawahara. Namun dengan perbedaan variabel tempat dan kondisi motor dari tes sebelumnya. Menguji satu persatu part agar mendapat angka yang jelas dan bisa dipahami.
Tes pertama, dilakukan dengan hanya menggunakan piggy back TDR. Komponen lain serba standar. Setelah tes di atas dino, melihat dulu grafik AFR (Air Fuel Ratio). Grafik AFR menyatakan komposisi campuran bensin dan udara.
Kondisi ideal dan pembakaran sempurna, AFR harusnya 1 : 14,7. Artinya 1 molekul bensin dan 14,7 molekul udara. Tidak kelebihan bensin ataupun udara. Pembakaran tanpa kerak dan tidak mudah overheat yang menyebabkan macet.
Namun kebanyakan mekanik balap, paling aman dibikin 13 : 1. Supaya mesin tidak mudah panas. Dari hasil pengetesan, sebelum seting piggy back, kondisi campuran berada di 13 : 1. Bisa diterjemahkan campuran terlalu miskin bensin.
Grafik hasil tes
Tes kedua, part yang digunakan yaitu kem racing Faito dan piggy back TDR. Ketika running, mesin nampak kehausan, terlihat dari grafik yang menunjukan grafik AFR di atas 13 : 1, sehingga seting ulang piggy back agar didapat AFR ideal.
Setelah AFR dirasa ideal, motor kembali didino. Grafik di monitor menunjukan kenaikan power sebesar 1,12 HP, tapi torsi mengalami penurunan sebesar 0,59 ft.lbs. Jadi, power max didapat sekitar 9,10 HP dan torsi max 6,59 ft.lbs.
Dengan kenaikan ini, tim sudah puas? Tentu tidak, karena masih 1 part lagi yang belum diaplikasi, yaitu knalpot. Kejadian sama terjadi, pasang knalpot pasokan bahan bakar kurang. Penyetingan piggy back pun dilakukan. Ketika dites di atas dino, grafik power max mengalami kenaikan sebesar 0,90 HP, torsi max mengalami penurunan 0,02 ft.lbs.
So, penggunaan kem racing, piggy back dan knalpot, power max yang didapat 10,00 HP dan torsi sebesar 6,57 ft.lbs. “Tapi, semua akan kedodoran tanpa aplikasi piggy back. Setiap penggantian komponen harus diseting pakai piggy back,” tutup Mohamad Yuda alias Godel sang oprator dino. Wow. (motorplus-online.com)