Bensin yang dipakai juga sangat pengaruh pada hasil. Usahakan mengukur di satu tempat jika akan membandingkan
Tentu saja hangat, lantaran hasilnya ternyata berbeda dengan data tes OTOMOTIF yang jadi acuan. Jika saat OTOMOTIF tes dapat 29 DK lebih sedikit, milik salah satu customer hanya 27 DK koma sekian. Hal ini menjadikan kegaduhan tersendiri di dunia online. Beda hampir 2 DK tentu banyak yang mempertanyakan, ke manakah sisanya?
Ada yang curiga unit yang dikirim ke konsumen beda setingan, “Sepertinya timing di atas sedikit dimundurkan untuk durability,” analisa Brahmantio Prayogo, pemilik Sportisi. Wah benarkah dugaan itu? Untuk mengetahui lebih detail, OTOMOTIF akan mengumpulkan fakta-fakta termasuk komentar dari pihak Yamaha tentang hal ini. Tunggu ulasannya ya!
Sebenarnya perbedaan hasil ini bukan yang pertama, saat Kawasaki Ninja RR Mono mulai beredar pun beberapa customer heran mengapa hasil tiap unit tak benar-benar sama.
Bahkan jika ditelisik hasil dyno 2 unit Honda New CBR250R yang sama-sama unit tes, pun ternyata hasilnya berbeda. Pertama unit yang dipakai test ride dapat tenaga 23,33 DK, sedang yang untuk tes ECU di edisi ini (hal.28) malah 24,43 DK, ada beda 1,1 DK! Padahal sama-sama standar pabrik tuh. Mengapa? Maklum produk massal, kondisi setingan atau komponennya tak bisa benar-benar persis sama.
Soal perbedaan hasil dyno, OTOMOTIF pernah mengulas lengkap. Pada intinya ada beberapa hal yang berpengaruh. Seperti beda tempat, yang tentu beda hasil, apalagi jika beda merek dyno. “Paling penting saat ngedyno jika untuk membandingkan usahakan di satu tempat,” terang Bram, sapaan Brahmantio.
Suhu mesin wajib sudah optimal, sehingga performa maksimal
Hal kecil yang juga pengaruh ke hasil, terutama pada motor bermesin kecil adalah dikasih beban atau tidak, yaitu saat ngegas diduduki atau tidak. Jika diduduki, artinya dapat beban maka angka yang didapat bisa lebih kecil.
Berikutnya suhu kerja mesin juga wajib diperhatikan, untuk mengetahuinya mesti pakai thermometer infrared. Suhu optimal di cylinder head adalah antara 75° sampai 92° C, kalau lebih rendah tentu pembakaran belum optimal, demikian sebaliknya.
Bensin yang dipakai juga sangat pengaruh pada hasil
Jika 2 motor di-dyno dengan suhu mesin beda, pasti performa yang dihasilkan juga beda kendati diukur di 1 tempat yang sama. Makanya pemanasan sebelum pengukuran begitu penting, atau dilakukan dengan running berkali-kali terlebih dahulu.
Kondisi lingkungan juga punya andil pada performa yang dihasilkan. “Suhu yang rendah dengan kelembapan tinggi punya kadar udara banyak, artinya oksigen tinggi, bikin performa mesin makin optimal,” tambah Tomy.
Kemudian bahan bakar yang dipakai pun tentu saja punya pengaruh besar. “Ada 3 hal parameter utama bahan bakar yang berpengaruh pada performa, yaitu RON, density dan nilai kalor. Jika ketiga hal itu beda tentu performa yang dihasilkan juga beda,” terang Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin ITB.
Wah banyak juga ya faktornya! (motor.otomotifnet.com)